Keesokan harinya, televisi pemerintah Rusia menayangkan pertemuan Putin dengan Dewan Keamanan Nasional dan pidato kemarahan di mana dia mengatakan Ukraina harus menjadi bagian dari Rusia.
Putin kemudian memerintahkan tambahan pasukan Rusia ke daerah yang dikuasai pemberontak di Ukraina timur.
Pada tanggal 24 Februari, pasukan Rusia memulai invasi skala penuh ke Ukraina, termasuk serangan ke kota menggunakan rudal balistik, artileri dan tank.
Berita ini diperjelas lagi oleh harian
The New York Times pada hari Rabu (02/03/2022 ) mengutip pejabat AS dan Eropa yang mengatakan bahwa laporan intelijen Barat menunjukkan pejabat senior China Memberitahu rekan-rekan Rusia di awal Februari untuk tidak menyerang Ukraina sebelum akhir Olimpiade Musim Dingin Beijing.
Informasi tersebut dikumpulkanoleh badan intelijen Barat dan dipandang oleh pejabat sebagai kredibel.
Menurut laporan, " intelijen bahwa Beijing membagikan informasi ini dengan Moskow,” dan Cina mengatakan kepada Rusia bahwa AS “sedang mencoba untuk menabur perselisihan, sementara Cina tidak akan mencoba untuk menghalangi upaya Rusia menyerang Ukraina.”
Sebuah laporan intelijen Barat menganalisis bahwa rencana Rusia untuk mengatasi sanksi Barat nantinya sangat bergantung pada dukungan Cina, dan Putin tidak akan mengambil risiko membuat marah Xi Jinping.
Pejabat intelijen AS mencatat bahwa Moskow membuat persiapan akhir sekitar 10 Februari, sebuah langkah umum untuk memulai serangan ke Ukraina.
Jake Sullivan secara terbuka memperingatkan pada 11 Februari bahwa serangan Rusia bisa terjadi sebelum akhir Olimpiade.
Beberapa pejabat juga mengatakan pada saat itu bahwa pejabat AS telah memperoleh informasi intelijen bahwa Rusia sedang mempertimbangkan 16 Februari sebagai tanggal yang memungkinkan untuk memulai operasi militer.
Prediksi ini ternyata salah. Rusia mulai menyerang seminggu kemudian.