Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Cocokkah Bali Untuk Perdamaian Perang Brutal Ukraina?

2 Maret 2022   09:38 Diperbarui: 2 Maret 2022   15:25 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Saya sedikit tertarik dengan tulisan"Bali sebagai Tempat Netral Putin-Zelensky" tulisan Reno M di Kompasiana 01-03-2022 meski tidak ada tanda tanda Indonesia dilirik apa lagi diminta untuk perdamaian perang Rusia-Ukraina. 

Indonesia juga mungkin tidak tertarik. 

Saya membayangkan perang brutal penuh emosi dan Putin serta Zalensky bertemu di Bali. Kongkow kongkow dan tegang dan damai. Setelah itu sama sama menikmati keindahan Bali.(mengkhayal)

Atau terus bersitegang, marah marahan  lalu meninggalkan Bali tanpa dapat menikmati keindahan pulau Dewata.

Sepertinya Bali menurut saya tidak cocok menjadi tempat untuk Perdamaian "perang brutal" Ukraina dan Rusia.

Apalagi untuk pertikaian besar yang hampir melibatkan banyak negara. Rusia dan Amerika serta NATO .

Sudah pasti juga ditolak oleh Ukraina karena  Indonesia dianggap lemah dalam melihat pertikaian di Ukraina. 

Terbukti, Indonesia tidak mau terlibat dan mencari amannya saja. Logis, kata seorang penulis kompasiana karena Indonesia tidak mau membuat Rusia sewot.

Lebih mungkin Indonesia memanfaatkan boikot negara lain meningkatkan perdagangannya dengan Rusia

Indonesia tidak mengecam keras dan ikut memboikot Rusia seperti halnya banyak negara lain.

Bali bukan pilihan disamping faktor keamanan tingkat tinggi. Biasanya hal seperti itu diadakan di ibu kota negara.

JK ingin mendamaikan Taliban juga tidak memilih Bali, kalau tidak salah Bogor. 

Bali hanya cocok untuk pertemuan yang bersifat non konflik. Atau tidak melibatkan langsung negara terlibat konflik.

Lagi pula jaraknya juga terlalu jauh bagi negara yang bertikai.  

Ada lagi, perundingan damai Ukraina-Rusia Putin tidak akan mau akan datang langsung di meja perundingan. 

Ukraina bagi Rusia adalah negara kecil. Jadi cukup dengan delegasi saja.

Indonesia memang sering menyelesaikan pertikaian negara negara yang bersengketa konflik langsung. Namun rasanya tidak di Bali.

Indonesia pernah menawarkan tempat untuk pertemuan antara Korea Utara dan Amerika Serikat. Namun tidak ada respon dari negara tersebut.

Amerika dan Korea Utara memilih Vietnam. Singapura juga jadi pilihan.

Di zaman  Soeharto, Presiden Filipina Ferdinand Marcos minta Indonesia untuk menyelesaikan konflik dengan Bangsa Moro di Mindanau.

Moro ingin  memisahkan diri dari Filipina. Soeharto menerima permintaan Marcos dan perundingan diadakan di Jakarta.

Hasilnya  disepakati otonomi daerah istimewa untuk kawasan Muslim Mindanau.

Pada tahun 1988 sampai 1989, Indonesia pernah menjadi tuan rumah Jakarta Informal Meeting (JIM) untuk menyelesaikan konflik antara Kamboja dan Vietnam.

Hasilnya, Vietnam menarik pasukannya dari Kamboja dan situasi damai di Kamboja tercipta.

Kesimpulannya, Indonesia
kurang kuat dalam mengatasi konflik Rusia dan Ukraina.


Indonesia hanya kuat sebatas mengimbau saja agar perang dihentikan.

Mungkin juga ada pendapat kompasioner yang lain.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun