Ayahnya hanya berada satu jam sehari di kantornya. Usai shalat Zuhur, sang ayah mengurusi masjid. Dia sering jalan kaki berkain sarung berangkat dan pulang dari kantornya di Pasar Sentral, Makassar.Â
Jarak antara rumah lamanya dan kantor, kurang lebih satu kilometer. Sementara rumah barunya berjarak dua kilometer.Â
Di samping rumah lamanya berdiri Masjid Raya yang terbesar di Sulawesi Selatan. Belasan tahun Haji Kalla menjadi bendahara masjid tersebut.Â
Setelah ayahnya meninggal, Jusuf Kalla meneruskan jabatan tersebut. Dia mengenang, setiap selesai shalat Jumat, teman-teman ayahnya singgah ke rumahnya.
 Ibunya selalu menyediakan kue khas Bugis, barongko, dan jus es markisa.
 Barongko adalah pisang gepok yang dihaluskan, dicampur telur, santan, dan gula. Lantas dibungkus dengan daun pisang dan dikukus.Â
Ucu ingin Ida berada di rumah saja dan berhenti bekerja.
"Kita berdua akan bekerja, memajukan perusahaan ayah yang diwariskan kepada saya," kata Ucu.
"Kamu sangat dibutuhkan," ujar Ucu.
"Apakah itu baik," tanya Ida sedikit bimbang.
"Sebaiknya begitu, agar bisnis kita bisa berjalan  dengan baik, " jawab Ucu.
Akhirnya Ida berhenti bekerja. Ucu yang kala itu sudah menjadi orang terkemuka dan mulai menekuni bisnis.
Walau karir politik Jusuf Kalla sedang menanjak namun untuk urusan bisnis keluarga Ucu dipesan oleh ayahnya, agar serius meneruskan usaha NV Hadji Kalla Trading Company, atau tidak.Â