Dia juga tidak merokok. Kakaknya, Marian, tidak suka diberi nasihat. “Saya tidak akan kecanduan alkohol seperti Freed,” kata Marian membantah.
"Tapi mulutmu bau alkohol, merokok juga." Seringai Jake
"Kamu? Bangga tidak merokok?" Nada ketidaksetujuan dari Marian. "Merokok bukan kesukaan saya." kata Jake sinis.
"Tidak macho'," ejek kakaknya Marian.
Jake terdiam. Kata tidak macho menyakitinya. Sekarang Jake mengalihkan pandangannya ke adiknya Elizz.
"Kamu juga, merokok dan alkohol," teriak Jake. Adik Elyzz yang terkadang merokok. Juga minum alkohol hanya melihat ke bawah.
Matanya kembali ke mata Marian yang kadang kadang mabuk. Tapi dia adalah kakak perempuan terbesar, bahkan jika dia tidak bisa memberi contoh, Jake tidak punya hak untuk marah.
Akhirnya dia hanya melirik adik bungsunya Elizz. "Kamu juga? Jangan coba-coba di depanku. Menghisap rokok dan minum alkohol," teriaknya pada adik bungsunya Elizz.
Elliz agak patuh pada Jake.
Rumah terasa sesak setelah kakak beradik itu pulang dari pesta. Hari itu dia menegur kakak perempuannya.
"Kakak memberikan contoh yang buruk untuk adiknya." bentak Jake.
"Kamu juga jahat. Kamu playboy." Kakaknya Marian tidak mau dimarahi adiknya. Kali ini kata kata saudaranya memukul perasaan Jake.
Dia akhirnya tertawa. Jake Don TR tertawa. Dia mencintai adiknya dan mereka sering bertengkar. Tapi juga banyak canda.
"Apa pedulimu?" Dia bilang dia tidak ingin berdebat tentang satu hal itu. Ingatannya mengingat kekasih terakhirnya.