Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ucu dan Ida 5 (Keluarga Ucu)

11 Februari 2022   13:55 Diperbarui: 12 Februari 2022   06:35 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc.miles film via femina

Bab 5 Keluarga Ucu

Namun dari semuanya itu, Ucu juga diperhatikan ayah.  Sekolah adalah hal penting bagi ayah. Semua anak anak harus sekolah.

Ucu dibelikan Vespa sewaktu bersekolah di SMA. Ketika jadi mahasiswa, sebuah Jeep Williz untuk Ucu.

Ucu menikmati hidup jadi anak saudagar.

Tapi  Ucu juga merasakan getirnya punya ayah yang memiliki istri lebih dari satu.

"Ayahnya menikah lagi dengan wanita lain membuat ibunya Athirah menderita." Ucu mengaku.

"Aku ingat penderitaan ibu," kata Ucu pula.
"Ayah pamit kepada ibu selama beberapa hari dan setelah itu ketahuan ayah  menikah dengan wanita lain, " kata Ucu.

Ketika itu tidak ada halangan punya istri lebih dari satu. Ayahnya menikah dengan perempuan lain dan ibu dimadu.

"Ibuku sedang hamil, aku yang mengantarkan waktu melahirkan," kata Ucu. Ayah datang belakangan.

Ucu juga tidak lupa ketika ada pesta kawin salah satu pegawai ayah. Ucu datang bersama ibu dan tiba tiba ayah muncul dengan istri mudanya.

Ibu sangat terpukul dan memberi nasehat kepada Ucu agar tidak meniru ayahnya.

"Tidak akan pernah," jawab Ucu.
"Ada lagi, " nasehat Ibunya Athirah.
"Engkau harus punya kerendahan hati, jangan selalu melihat keatas;" kata ibu Athirah.

"Ketika engkau naik sepeda, lihat juga orang yang cuma jalan kaki, kalau punya sepeda motor, pandang orang naik sepeda.

Begitu pula kalau sudah punya mobil selalu melihat kebawah agar kita bersyukur kepada Tuhan. "ujar Ibu.

 "Masih banyak orang yang serba kekurangan," kata kata  ibu yang selalu diingat Ucu.

Ibu adalah panutan bagi Ucu selain ayah.  Ibunya seorang yang hemat dan pandai berdagang.  Ibunya membuat kain batik dan keuntungannya ditabung menjadi emas.

Emas itu disimpan ditempat tersembunyi dirumah.

***

Dirumah, sudah menjadi tradisi makan bersama . Tradisi ini mengandung nilai-nilai kekeluargaan.

Ucu dan saudara serta setiap anggota keluarga duduk di kursi yang sama pada setiap sesi makan.

Ketika salah satu anggota keluarga tidak hadir, kursi itu dibiarkan kosong.
Ketika ayahnya menikah lagi , ayah  sering tidak dirumah.

Athirah sebagai istri tua akhirnya memutuskan untuk langsung makan tanpa menunggu kehadiran suaminya.

Ibu menyimpan piring dan alat minum suami.

Dengan bergenang air mata, juga melipat sarung, yang diterima dari ayah ketika menikah, sebagai mas kawin, ke dalam lemari . Sarung itu diletakkan di posisi paling bawah. Ibu tidak mengeluh kepada anak-anaknya.

Perdangan ayah semula berjalan dengan lancar.  Ucu belajar banyak dari ayah dalam berdagang.

Keluarga itu pindah ke Makasar dimulai Pada tahun 1952.

Ketika itu terjadi pemberontakan Darul Islam pimpinan Kahar Muzakar.

Banyak toko dirampok dan dibakar. Keadaan di sana kacau. Kehidupan bisnis pun lumpuh  ayah memutuskan pindah ke Makassar.

Jusuf yang baru 10 tahun, dititipkan pada neneknya, Hj. Kerra, dan tante dari ibu, Hj. Manisan.

 Setahun kemudian, dia ikut orangtuanya pindah ke Makassar.

"Aku ingat, ayah dan kami  sekeluarga tinggal di rumah toko berlantai tiga yang dibeli sang ayah," Cerita Ucu.

Setelah menamatkan Sekolah Rakyat atau sekarang Sekolah Dasar  Ucu melanjutkan ke SMP Islam.

Ayah menginginkan Ucu   yang menjadi anak lelaki tertua, menjadi ulama . Pandai dalam agama Islam.

"Beliau menginginkan saya menjadi ustad," kata Ucu kepada Ida.

Harapannya, Jusuf belajar ilmu agama dan bisa melanjutkan pendidikannya ke Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir.

Memang di SMP Islam sebanyak 70 persen adalah pelajaran agama.

Ucu senang dengan pelajaran favoritnya  sejarah dan ilmu bumi, bukan ilmu agama.
Tapi Ucu juga  belajar dengan tekun Alquran, hadis, dan fikih. Sampai tamat SMP Islam dan bertemu Ida di SMA.

Ayah suka sekali menonton sepak bola. Ucu kerap diajak ayahnya menonton pertandingan sepak bola.

Ramang, pemain Sepak Bola Makassar yang menjadi kebanggaan ayah dan orang Makassar.

 Jika ada pertandingan di stadion Matoangin, ayah dan Ucu telah siap di stadion Mattoangin.

Mereka  membawa sajadah untuk persiapan shalat Asar.

Karena ayah gemar  menonton sepak bola, kegemaran itu menular kepada Ucu. Bermain sepak bola juga menjadi kegemaran Ucu.

"Saya sering cuma jadi kiper, karena  badan saya paling kecil," ujar Ucu tertawa.

Ucu juga bergabung dengan organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Setiap hari jumat berlatih berpidato.  

 Jarangnya ayah dirumah membuat tanggung jawab Ucu dikeluarga  semakin besar.

Dia mendaftarkan adik adik sekolah, termasuk membayarkan uang sekolahnya,.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun