Saat orang tuaku melamarmu untuk jadi istriku, aku melihat cakrawala tersenyum perjuangan cinta bertahun tahun yang berbuah manis.
Setelah kita menikah aku menjalankan perusahaan ayahku. kau sekretaris, merangkap keuangan karena kita belum bisa, memegang pegawai tambahan.
Di samping mengasuh anak dan mengurus rumah dengan baik. anak-anak kita kau asuh sendiri tanpa suster suster seperti cucu kita sekarang.
Selama 50 tahun kau chef terbaik yang ku kenal, karenanya kita jarang makan di restoran. di kantor pun setiap hari kau kirim makanan. teman teman selalu menunggu apa yang akan kau hidangkan.
Kau tahu cintamu terus mengitari ku karena hidangan yang kau buat.
50 tahun kita jalani 33 tahun di Makassar dan 17 tahun di Jakarta. sungguh suatu perjalanan yang panjang. kita jalani hidup tanpa tanpa berubah kecuali Aku suka kesederhanaanmu sejak pertama aku melihat mu dan sekarang kesederhanaan mu terindah.
Secara ekonomi gaji pejabat negara tidak besar. Termasuk Bapak Jokowi.
Lebih besar hasil usaha mu yang bermacam macam, Sampai tambak udang menelepon dari meja riasmu. Mungkin perpaduan semangat Minang dan Bugis yang kau alami. Kau perempuan hebat istriku.
Dalam aura kesederhanaan mu tersimpan energi yang dahsyat. Orang bugis tak fasih berkata kata indah.
Kecintaannya ditunjukkan oleh perilaku, bahasa tubuh, dan senyumnya. Untuk romantis pun aku tak pandai ucapkan dengan kata kata.
Karena itu aku minta maaf kepadamu, karena selama 50 tahun aku tak pernah beri bunga sambil berucap I love you.
***