Orang tuaku pula sering salah mengerti adat minang. Kenapa perempuan lebih banyak menentukan. perbedaan yang nyaris menduakan kita.
Kalau ke rumahmu harus siap untuk sabar. Mendengar petuah bapak mu dengan suara yang pelan, seperti guru menasihati muridnya. Karena memang bapak dan ibumu juga guru.
Aku ingin menemui mu tapi bapak mu menyembunyikanmu.
Kau baru dipanggil keluar kalau saya permisi pulang.
Sebenarnya itu termasuk perilaku yang kejam.
Akhirnya aku mengubah strategi. Datang ke rumahmu sore hari sebelum magrib, begitu magrib aku berdiri dan azan dengan fasih.
 Keluar salat berjamaah yang diimami oleh bapak mu.
Ini juga penting agar bapak mu tau bahwa aku juga rajin shalat. Setelah tamat SMA kau bekerja di BNI. (lalu) kuliah sore.
Sampai kuliah aku juga bekerja di kantor bapak ku, sekali seminggu aku minta menjadi asisten dosen dan mengajar di kelas mu tanpa honor.
Semua itu agar bisa bertemu dengan mu, dan melihat senyummu.
Keras sekali perjuanganku tapi demi menatap mu.
Akhirnya kau luluh juga. ayahku akhirnya memahami perbedaan adat kita, selain ibuku dan sahabatnya memberi nasihat. Mungkin juga setelah membaca buku Hamka, tenggelamnya kapal Van der Wijk.