Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

"Adulting" Jadi Dewasa Ternyata Tidak Menyenangkan Seperti yang Dibayangkan

14 September 2023   06:14 Diperbarui: 17 September 2023   15:21 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian apa yang membuatmu sadar jika kamu sudah dewasa?

Topik ini jadi ramai diperbincangkan warga X, beberapa hari lalu, ada banyak jawaban mulai dari yang lucu sampai yang benar-benar menohok dan membuat kita sadar kalau usia kita sudah dewasa.

Mulai dari sadar jika banyak kawan yang seumuran sudah menikah, bahkan sudah ada yang anaknya masuk sekolah, namun kita masih melajang dan bahkan masih suka nonton film kartun Sponge Bob.

Fase dewasa juga berarti saat kita sudah "menerima" banyak hal, seperti impian yang sudah tidak bisa kita wujudkan, berbagai kegagalan yang sudah kita temui, dan kejadian-kejadian lain yang membuat kita menjadi lebih bijaksana.

Dewasa itu Tidak Menyenangkan

Membayangkan saat dewasa kita bisa mencapai impian kita adalah hal yang menyenangkan.

Sama seperti Monkey D Luffy, seorang bocah yang ingin menjadi raja bajak laut di masa kecil kita pasti kita punya mimpi yang besar, dan begitu menggebu-gebu untuk bisa kita capai.

Namun kita sadar jika kita adalah karakter dalam dunia nyata, bukan karakter manga karya Eichiro Oda, yang menua dengan sangat perlahan, dua puluh lima tahun kisah tentang Luffy hanya setara dengan sekitar 3 tahun di dunia nyata, namun kita tidak mengikuti 3 tahun yang sama, kita mendapati perjalanan puluhan tahun yang nyata.

Ilustrasi | Source: pexels.com
Ilustrasi | Source: pexels.com

Jika kita sudah selama dua puluh lima tahun mengejar satu impian yang tak kunjung terwujud, tentu kita akan dihadapkan untuk menerima realita agar mengalihkan impian tersebut pada hal yang lebih realistis. Sudah bukan saatnya lagi berteriak-teriak dan menggebu-gebu, sudah waktunya untuk menjadi bijak.

Baca : Kisah Luffy yang Ingin Jadi Raja Bajak Laut.

Tidak Bisa Membeli Kenangan

Ada beberapa hal yang saat kita kecil terasa begitu menyenangkan dan kita ingin mendapatkannya di masa depan, namun ternyata di masa depan hal itu sudah tak lagi menyenangkan.

Permainan anak-anak yang popular di masa lalu, macam Tamiya, Beyblade, Crush Gear dan lainnya, adalah impian banyak anak kelahiran 90an, rasannya ingin sekali untuk bisa mendapatkan model yang paling keren dan terbaik.

Tapi karena ada keterbatasan yang kita miliki, kita hanya bisa menerima apa yang dibelikan oleh orangtua kita, lantas kita bertekad untuk bisa membeli "benda impian" tersebut di masa depan, saat kita sudah dewasa dan sudah punya cukup banyak uang.

Kemudian kita mendapatkan sebuah realita, jika saat sudah memiliki cukup uang, kita hanya membeli barang tersebut, namun tidak bisa mengulang kenangan dari kesenangan bermain bersama kawan-kawan yang dulu sering bermain bersama.

Ilustrasi | Source: pexels.com
Ilustrasi | Source: pexels.com

Jangan Lagi ada Penyesalan

Lakukan yang terbaik, nikmati waktu yang ada.

Hal yang sudah tidak bisa kita ubah, biarkanlah untuk berlalu, semua kesalahan yang sudah kita lalui jadikan sebuah pembelajaran untuk kehidupan masa depan, kita akan jadi bijak dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan, itulah hal yang penting dalam menjadi orang dewasa.

Nikmatilah apa yang sudah kita dapatkan, jangan selalu merasa kekurangan, bersyukur itu adalah hal yang sangat menyenangkan, buatlah dirimu senang dengan apa yang dimiliki sekarang, lakukan apa yang kamu rasa ingin kamu lakukan hingga bisa membuatmu bahagia, tapi ingat juga, untuk realistis melihat kesempatan dan isi saldo rekening masih memungkinkan atau tidak.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun