"Duh nggak lolos probation nih".
Keluh Farel (bukan nama sebenarnya), seorang fresh graduated yang baru 3 bulan bekerja di salah satu perusahaan startup di Bandung. Tidak lolosnya Farel dari masa probation membuat dirinya secara otomatis tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut.
Probation adalah masa percobaan yang biasanya diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawannya, lama waktunya bervariatif, bisa tiga bulan, 5 bulan bahkan ada yang sampai setahun.
Penilaian dari atasan dan manajemen yang dilakukan saat probation inilah yang menjadi acuan, apakah Anda akan lanjut atau tidak untuk bekerja di perusahaan tersebut, beberapa perusahaan ada yang langsung mengangkat karyawannya setelah lolos probation menjadi karyawan tetap, namun saat ini tidak sedikit pula yang memberlakukan sistem perpanjangan kontrak seusai probation.
Kejadian yang dialami Farel ini mungkin, mungkin terlihat merugikan bagi Farel, namun kenyataan yang sebenarnya tidak demikian, jika kita melihat dari sudut pandang yang berbeda, maka bisa saja Farel yang malah diuntungkan karena kejadian tersebut.
Kenapa demikian ?
Penjelasannya akan Anda dapatkan setelah membaca keseluruhan dari artikel ini, berikut adalah 3 hal yang harus Anda lakukan ketika masa probation:
1. Mengenal Semua Orang.
Saat pertama kali berada di tempat baru, maka mulailah berkenalan dengan orang-orang yang berada di sana, sesi perkenalan ini tidak wajib secara formal dengan berjabat tangan dan saling mengucapkan nama masing-masing, karena seiring berjalannya waktu, Anda pasti akan mengetahui siapa saja rekan rekan baru Anda tersebut.
Di antara orang-orang yang Anda baru kenal tersebut, maka Anda juga harus mengetahui posisi mereka, siapa saja yang satu level dengan Anda, siapa yang berada di bawah level Anda, lalu siapa yang merupakan atasan Anda dan siapa pula yang berada di level yang sama dengan atasan Anda.
Memang tidak semua orang bisa cocok dengan Anda, pasti ada saja orang yang berseberangan dengan Anda, namun bersikap baiklah kepada semua orang, karena dengan menjalin hubungan yang baik, maka alur koordinasi menjadi baik dan pekerjaan juga berjalan lancar.
2. Mengetahui Budaya Perusahaan.
Orang-orang yang berkumpul akan membentuk suatu budaya atau kebiasaan, baik buruknya budaya yang ada dalam perusahaan maka tergantung dari orang-orang yang ada di dalamnya, tentu berada di level mana orang tersebut berada juga akan membuat pengaruh yang berbeda, seperti budaya yang dibawa direktur atau top level management, tentu lebih kuat daripada yang dibawa oleh karyawan dengan level staff biasa.
Budaya ini yang kemudian akan membentuk kenyamanan dan tingkat produktivitas kita dalam kerja, hal ini mungkin bisa berlangsung dengan cepat ataupun lambat, tergantung dari tingkat adaptasi yang kita miliki, namun jika sebelumnya kita sudah mengenal orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut, maka fase untuk mengenal budaya perusahaan bisa lebih cepat dilakukan.
3. Tidak Memaksakan Diri.
Hal terakhir yang bisa Anda lakukan adalah untuk tidak memaksakan diri, setelah tahu cukup jauh mengenai perusahaan tempat Anda bekerja tersebut, maka Anda pasti bisa menilai apakah perusahaan tersebut sesuai ekspektasi dan dapat mewujudkan karir impian Anda.
Jika Anda bekerja untuk mencari uang dan merupakan tulang punggung keluarga, maka hal tersebut bisa dijadikan salah satu motivasi yang Anda tanamkan untuk membuat Anda tetap bertahan, namun jika Anda masih seorang fresh graduated dan sudah merasa sangat tidak sesuai, maka selesaikanlah dulu masa probationnya dan kemudian cari perusahaan lain yang kirannya lebih sesuai untuk Anda.Â
Kejadian yang terjadi pada Farel sejatinya malah menguntungkan Farel, karena dia masih punya kesempatan untuk mencari pekerjaan di tempat lain, terlebih di usianya yang masih muda, dia masih bisa mendapatkan perusahaan yang lebih establish dan menjanjikan masa depan yang lebih baik.
Penutup.
Satu hal terakhir yang juga penulis ingin sampaikan adalah jika sebuah pilihan pasti memiliki konsekuensinya tersendiri, jika memang sudah yakin dengan satu pilihan, maka rintangan dan halangan yang diakibatkan oleh pilihan ini harus siap untuk Anda hadapi.
Penulis sendiri tidak mendukung adanya "kutu loncat" yang seringkali dilakukan oleh generasi muda sekarang (milenial & z) yang lebih memilih resign saat merasa lingkungan toxic, tidak sesuai passion namun pada akhirnya menyesal dengan pilihan tersebut.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H