Tulisan ini ditujukan kepada siapapun yang punya pemikiran jika para penyandang disabilitas ini berbeda dan kita tidak bisa menganggap mereka sebagai  manusia sama seperti kita.
Sebut  saja namanya Mas Wawan (bukan nama sebenarnya) adalah tetangga dari seorang kerabat saya yang Bernama Bude Wati (juga bukan nama sebenarnya ), Mas Wawan dulu hanya pernah saya temui saat saya berusia sekitar 6 tahun, Mas Wawan masih cukup ingat dengan saya, tapi sebaliknya saya tidak begitu mengingat pertemuan kami dulu.
Mas Wawan dalam suatu kesempatan bertemu dengan saya ini, kemudian berbincang dengan saya lalu kemudian menemukan beberapa hal yang cukup asyik untuk kami obrolkan, seperti beliau yang mengenal dosen pembimbing saya semasa kuliah di Jogja, karena Mas Wawan dulu juga pernah kuliah di kampus yang sama dengan saya meski berbeda jurusan dengan saya.Â
Obrolan kami kemudian jadi ngalor ngidul, karena Mas Wawan juga pernah tinggal lama di Jogja, maka  kemudian kami berbincang banyak hal mengenai Jogja, saat saya berbincang dengan Mas Wawan, saya menangkap ada tatapan tidak menyenangkan dari Bude Wati.
Dianggap Berbeda.
Setelah Mas Wawan pergi, kemudian Bude saya ini memberi tahu jika Mas Wawan ini memiliki disabilitas, tangan kirinya tidak bisa diluruskan, sehingga tangannya selalu menekuk sepanjang hidupnya, dalam pembicaraannya dengan Mas Wawan, saya tidak terlalu memperhatikan, terlebih itu tidak menjadi masalah bagi saya, saya memandang beliau sebagai manusia  yang sama seperti saya.
Bude saya kemudian melanjutkan, jika apa yang terjadi pada Mas Wawan ini adalah "akibat" dari orang  tuanya yang sombong dan jahat,  orang macam itu dan keturunannya itu tidak  pantas diajak bergaul dan harus kita jauhi, itu kata Bude saya.
Saya sama sekali tidak mengenal orang tua Mas Wawan dan hanya pernah bertemu dengan Mas Wawan beberapa kali saja, dan saya tidak ada masalah dengan Mas Wawan, lantas kenapa saya tidak boleh  bergaul dengan Mas Wawan.
Dijauhi Karena Disabilitas.
Belakangan saya mengetahui jika Mas Wawan ini sudah yatim piatu sejak mas masih beliau dan dititipkan pada kerabat orang tuanya, dari cerita yang saya dengar, orang tua Mas Wawan ini juga terbilang baik kepada orang lain.
Ternyata apa yang disampaikan oleh Bude saya hanya akal-akalan beliau saja, karena dari yang saya amati, Bude saya ini selalu menunjukan ekspresi tidak menyenangkan saat berjumpa orang yang memiliki disabilitas dan menjauhi mereka.
Bagi Bude saya orang yang memiliki disabilitas, seperti orang yang membawa penyakit berbahaya dan bisa menularkan pada orang lain, saat kita berinteraksi dengan  mereka.
Tentu saja ini anggapan yang keliru dan saya sama sekali tidak menyetujuinya.
Manusia yang Sama.
Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya namun tetap kita punya ketidaksempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Ketidaksempurnaan ini ada dalam beraneka bentuk, jadi tidak pantaslah jika kita menganggap berbeda para saudara kita yang memiliki disabilitas.
Jika memang mereka tidak bisa berkomunikasi  dengan suara dari mulut mereka, maka tak masalah dengan menggunakan bahasa isyarat, toh.. tujuan untuk berkomunikasi juga sudah tercapai.
Begitupula dengan mereka yang tidak bisa berjalan dengan sempurna, lantas kemudian menggunakan kursi roda atau alat bantu lainnya, sehingga mereka bisa berjalan atau berpindah  jadi kenapa harus mencari perbedaan, bukankah sudah ada persamaan ?
Semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H