Sebelum bisa menikmati film solo dari Scarlet Johanson ini saja kita sudah menemukan drama yang cukup panjang, tapi mengingat reputasi film Marvel yang selalu epic, maka ekspektasi tinggi kemudian muncul untuk film yang bersetting kejadian sebelum "Avengers : Infinity War"(2018).
Tak masalah jika perilisannya tertunda, karena filmnya pasti akan tetap seru.
Tapi waktu perilisan ini ternyata berpengaruh besar. Film ini sedianya rilis sebagai pembuka fase 4 MCU, sebelum adanya serial WandaVision, The Falcon and The Winter Soldier, serta Loki.
Sebagai pembuka, harusnya film ini memiliki peran sebagai jembatan antara fase lama dengan fase baru MCU. Jadi ada beberapa bagian lama dalam fase sebelumnya yang dibawa dalam film ini dan mulai memperkenalkan hal-hal baru di fase selanjutnya.
Setelah melihat Wandavision yang melahirkan "Scarlet Witch", isu rasisme dan lahirnya Captain America yang baru serta kekacauan yang menjadi awal dari multiverse, maka melihat reuni keluarga Natasha Romanoff jadi terasa tidak istimewa.
Poin penting dalam film ini yang mungkin akan punya peran besar di fase selanjutnya adalah kemunculan "nekt Black Widow" Yelena Bellova (Florence Pugh). Secara karakter memang adik Natasha Romanoff ini terasa lebih segar dan punya unsur komedi.
Namun "build up" untuk Yelena menjadi kurang kuat dalam film ini, terlebih pertemuannya dengan Contessa Valentina Allegra de la Fontaine alias Madam Hydra (Julia Louis-Dreyfus) terasa tidak istimewa, karena kita sudah melihat Madam Hydra di "The Falcon and The Winter Soldier".
Perseteruan Disney dan Scarlett Johanson.
Film ini mungkin tidak sesuai ekspektasi, tapi film ini berhasil memberikan keuntungan yang besar bagi Disney.
Dibalik kesuksesan ini ternyata masih ada yang kecewa, yaitu sang pemeran Black Widow, Scarlett Johanson, wanita 36 tahun ini malah mengajukan gugatan kepada Disney (30/7), karena telah menyalahi kesepakatan awal yang menyatakan tidak akan merilis Black Widow di layanan streaming bersamaan dengan perilisannya di bioskop.