Ada meeting mendadak di divisi purchasing warehouse.
Meeting kali ini benar benarmendadak karena dilakukan sesaat setelah selesai istirahat siang, dimana beberapa karyawan masih belum kembali ke posisinya.
Usut punya usut rapat mendadak ini diadakan karena Putri (bukan nama sebenarnya) salah melakukan pembelian, material kain untuk sepatu yng seharusnya hanya dibeli 5 meter, tapi malah dibeli sampai 5000 meter.
Tentu ini adalah kesalahan fatal yang membuat pabrik rugi, sementara pembelian sudah terlanjur dilakukan, Thomas si manajer warehouse mengomel tak habis habis, sementara Stevan yang merupakan leader, atasan langsung Putri, berusaha mengontak supplier tersebut supaya membatalkan pembelian tersebut.
Tidak Tanya Bikin Masalah.
Pada akhirnya pembelian tersebut sudah tidak bisa dilakukan, karena Supplier sudah terlanjur memproses pemesanan tersebut. Sebenarnya hal ini bukan sepenuhnya salah Putri, Dia hanya menjalankan instruksi, sebagaimana tugas dari purchasing dia hanya melakukan pemesanan sesuai dengan data yang dia dapatkan dari divisi PDA.
Jika dirunut memang kesalahan ada pada divisi PDA, yang bertugas untuk menghitung kebutuhan material dan meneruskannya pada divisi Warehouse Purchasing, namun karena divisi PDA kebanyakan adalah orang-orang lama, sementara divisi Warehouse Purchasing berisi anak-anak bawang yang baru bekerja di pabrik tersebut.
Karena memang karyawan baru wajar jika kami menemukan banyak hal yang membingungkan, kami biasanya dihadapkan pada dua pilihan yaitu bertanya dan bertanya dan meminta keputusan dari atasan atau tidak bertanya dan inisiatif dan mengambil keputusan sendiri.
Banyak Nanya Juga Salah.
Putri memilih pilihan pertama, seharusnya memang dia bertanya terlebih dahulu, pada Stevan atau Thomas, waktu itu Stevan juga kurang memahami masalah tersebut, sehingga dia mempersilahkan Putri untuk bertanya langsung pada Thomas, namun karena Putri sering diomeli oleh Thomas, dia malas jika harus dapat omelan lagi, jadilah dia ambil inisiatif untuk mengambil keputusan sendiri.
Saya memilih pilihan yang berbeda dengan putri, yaitu banyak bertanya, saya selalu mengkonfirmasi pada atasan saya jika akan melakukan pembelian, tapi saya tak menganggap pilihan saya ini lebih baik daripada Putri, pada akhirnya saya sering disinggung oleh karyawan lain yang lebih senior karena banyak nanya.
"apa sih tanya-tanya terus"
"gitu aja nggak paham"
Konsekuensi lain yang saya dapatkan karena sering bertanya dan menunggu konfirmasi dari atasan, maka tindakan saya jadi lebih lambat dibandingkan karyawan yang lain. Hal ini juga tentunya berdampak pada performa perusahaan.
Jadi secara tidak langsung saya sama seperti Putri yang membuat perusahaan merugi.
Tindakan Setelah Berbuat Salah.
Semua orang bisa berbuat salah, apalagi seperti saya yang masih anak bawang, permasalahannya adalah apa yang terjadi setelah melakukan kesalahan tersebut, apakah kita akan menjadikannya sebuah pembelajaran sehingga tidak lagi membuat kesalahan, atau kita malah jadi menyalahkan orang lain karena kesalahan tersebut.
Sebagai contoh pada kejadian yang terjadi pada Putri, meskipun kesalahan sepenuhnya bukan pada Putri, bisa saja Putri bersikeras menyalahkan divisi lain, namun pada akhirnya ini menjadi evaluasi untuk Putri, untuk bisa bekerja lebih baik lagi.
Demikian dengan saya, di awal memang saya cukup lambat dalam memahami instruksi, namun saya terus berupaya untuk tidak salah dalam melakukan instruksi dan mengambil keputusan yang tepat.
Penutup.
Semoga sedikit kisah saya ini bisa bermanfaat ini untuk anda semua. Ingat jika anda tidak selamanya menjadi anak bawang atau fresh graduate, lama-lama anda tidak lagi jadi bawang dan akan berubah jenis sayuran lain seperti tomat, wortel, dan lainnya, maka jadilah kita seperti sayuran lengkap yang sangat bergizi bagi tubuh. Hehe.
Salam Hangat. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H