Sebagai seseorang yang pernah melakukan program diet, saya juga cukup “gatal” untuk ikut angkat bicara.
Di tahun 2016 saya pernah menurunkan berat badan sebanyak 13 kilo dalam waktu 3 bulan, program diet yang saya lakukan ini memang terbilang tidak sesignifikan seperti yang terjadi pada Tya Ariestya tapi setelah menjalaninya saya menyadari betapa tersiksanya tubuh saya saat menjalani diet tersebut.
Pola diet saya adalah tidak makan nasi putih dan menggantinya dengan nasi merah dan oatmeal, lalu sebagai pelengkap saya rutin lari setiap hari. Lebih lanjutnya mengenai pola diet saya, anda bisa membacanya di tulisan yang pernah saya kirimkan di salah satu media online di SINI.
Program Diet Tiap Orang Berbeda.
Memang tidak ada dampak serius pada saya, setidaknya saya tidak sakit setelah program diet tersebut, namun program diet saya ini ternyata memberi efek yang berbeda kepada orang lain.
Beberapa kawan yang juga ingin menurunkan berat badannya, mencoba mengikuti pola diet yang saya lakukan, dan ternyata mereka tidak cocok, ada yang menyerah di tengah jalan, ada pula yang sampai sakit tipes dan harus dirawat di rumah sakit.
Program diet antara satu orang dengan lainnya memang tidak bisa sama, jika di saya cocok belum tentu pada anda cocok. Inti dari program diet adalah dengan defisit kalori, atau mengurangi jumlah kalori yang masuk dan memperbanyak jumlah kalori yang terbakar dengan berolahraga.
Namun jumlah kalori yang masuk tidak perlu sampai begitu minim, cukup mengurangi 20% dari jumlah kebutuhan kalori harian saja, maka berat badan akan turun secara perlahan, semisal jumlah kebutuhan kalori harian kita adalah 2000 maka, kita hanya perlu mengurangi sekitar 400 kalori dalam satu hari, jadi kita hanya memasukkan 1600 kalori ke dalam tubuh kita.
Penutup.
Program penurunan berat badan atau diet sebaiknya jadi sebuah gaya hidup baru yang bisa kita lakukan dalam jangka waktu yang lama, tidak hanya dalam satu bulan atau dua bulan.