Tanggal (9/2) kemarin, kereta Api Prambanan Exspres alias Prameks sudah tidak lagi beroperasi.
Setelah 27 tahun lamanya beroperasi, tentu banyak orang yang merasa kehilangan kereta dengan rute Jogja-Solo ini, kebanyakan mereka adalah mahasiswa yang berasal dari Solo dan berkuliah di Jogja, meskipun sebenarnya kereta untuk rute ini masih ada dan berganti jadi KRL, namun cerita dari kereta Prameks ini tidak bisa tergantikan.
Pengalaman Saya dengan Prameks.
Saya pribadi memang hanya pernah dua kali menaiki kereta prameks ini, namun pengalaman ini membuat saya merasa turut kehilangan akan kepergian kereta Prameks ini.
Bicara mengenai pengalaman saya naik Prameks, pengalaman saya tersebut adalah pengalaman buruk karena selalu "terlambat".
Kali pertama saya naik Pramek adalah di  tahun 2015, saat itu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang saya ikuti dari kampus UPN "Veteran"Yogyakarta, melakukan semacam kegiatan study banding di UNS (Universitas Negeri Solo).
Saat berangkat kami, memang tidak terlambat, kami malah begitu senang dengan perjalanan karena itu baru kali pertama kami mengunjungi kota Solo. Kami terlambat saat akan pulang kembali dari Solo ke Jogja.
Saat sampai di stasiun balapan, kami terlambat dan terpaksa harus menunggu jadwal keberangkatan Prameks selanjutnya sekitar dua jam kemudian, terpaksalah kami luntang lantung di stasiun sembari menunggu kedatangan kereta Prameks selanjutnya.
Jobseeker dengan Prameks.
Kali kedua saya naik Prameks adalah setelah saya lulus kuliah, di tahun 2018 saat saya ada panggilan interview di sebuah pabrik bahan kimia di Karanganyar, Solo.
Semula saya akan berangkat dari Jogja menuju Solo dengan menggunakan Sepeda motor. Namun setelah meminta saran pada teman-teman saya, banyak yang lebih menyarankan untuk menggunakan kereta Prameks.
Dengan hanya membayar tiket 8 ribu perak saja, saya tak perlu capek-capek naik motor, dan nantinya saya bisa lebih prima saat melakukan interview. Selain pertimbangan tersebut, saya juga sadar jika saya ini bukan orang yang piawai dalam membaca GPS, daripada  tersesat dan nantinya terlambat interview lebih baik saya naik Prameks saja.
Kertelambatan seperti yang terjadi sebelumnya terulang kembali, kali ini saya terlambat karena keretanya yang datang terlambat, sebenarnya salah saya sendiri juga karena memilih jadwal kereta yang mepet dengan jadwal interview.
Saya hanya menyisakan waktu lenggang sekitar 30 menit, namun ternyata saya baru sampai di Stasiun Balapan tepat  jam 8, meleset 30 menit dari jadwal sebenarnya.
Dengan bantuan mas-mas gojek yang saya minta untuk ngebut, saya berhasi sampai di lokasi interview dengan selamat. Meskipun sudah telat 20 menit dari jadwal sebenarnya yang seharusnya yaitu jam 8.
Alhamdulillah saya masih diizinkan masuk, karena interviewnya mengalami keterlambatan dari rencana. Selanjutnya proses interview dan psikotes kemudian berjalan sebagaimana mestinya dan tidak ada panggilan lagi dari pabrik tersebut, pertanda jika saya tidak diterima di perusahaan tersebut, hehe.
Penutup.
Prameks adalah salah satu saksi sejarah saya saat masih menjadi jobseeker di Jogja. Pengalaman ini tentu akan selalu saya kenang bersama pengalaman study banding yang saya lakukan di UNS dulu.
Kedua pengalaman saya dengan Prameks tersebut, sebenarnya adalah pengalaman yang kurang menyenangkan, karena keduanya mengalami keterlambatan.
Namun ini tetap jadi bagian dari kenangan banyak orang yang sampai saat ini hanya bisa mengenang Prameks sebagai saksi sejarah dari perjalanan hidup yang dilewati sepanjang perjalanan Jogja menuju Solo atau sebaliknya.
 Selamat jalan, Prameks.
Baca Juga : "Â 10 Tahun Bersama Covid"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H