Masa iya selamanya jadi budak korporat ?
Pertanyaan ini muncul di benak seorang Yunan Helmi Zakaria, yang saat itu baru genap setahun bekerja di sebuah perusahaan baja multinasional.
Bagi banyak orang, apa yang didapatkan oleh Yunan adalah hal yang luar biasa, dia berhasil lulus cumlaude dari jurusan Teknik Kimia UPN "Veteran" Yogyakarta, kemudian tak perlu lama-lama menganggur, pria asal Jepara ini diterima di perusahaan  baja bergengsi yang ada di Jakarta.
Fasilitas dan gaji yang dia dapatkan dari perusahaan baja tersebut juga bisa dikatakan lebih dari perusahaan lain, gaji yang Yunan dapatkan terbilang lebih tinggi daripada gaji kawan seangkatannya yang bekerja di perusahaan lain di Ibukota, selain itu Yunan juga mendapatkan fasilitas tempat tinggal di sebuah apartemen.
Benar Menjadi Budak Korporat.
Tapi hal ini malah membuat Yunan resah, dunia kerja ternyata tidak seperti apa yang ada dalam ekspektasinya. Istilah budak korporat yang ditujukan untuk para karyawan itu ternyata memang benar adanya.Â
Karyawan ternyata tak ubahnya seperti seorang budak yang harus terus melayani sang tuan. Karyawan harus bekerja dan memberikan sebagian besar waktu dalam hidupnya hanya untuk perusahaan tempat dia bekerja.
 Pagi datang, mereka harus segera berangkat, petang menjelang, mereka pulang untuk beristirahat dan kemudian pagi kembali datang, mereka kembali kepada pekerjaan mereka, terus berulang seperti itu, sampai mereka tak sadar usia mereka masuk ke usia pensiun dan tidak memiliki persiapan untuk masa pensiun mereka.
Yunan tak mau mengalamai kejadian seperti itu, dia tak ingin selamanya menjadi budak korporat, dia tak mau saat pensiun nanti, dia tak memiliki persiapan apa-apa, mulailah Yunan mencoba untuk berbisnis.