Rencana awal Yunan, dia ingin resign dari pabrik baja tersebut setelah 10 tahun bekerja di perusahaan tersebut, dengan uang yang Yunan sisihkan dari gaji yang dia dapatkan selamal 10 tahun tersebut, dia akan memiliki modal yang cukup untuk mengembangkan bisnis kopinya tersebut.
Namun rencana berubah. Baru 4 tahun bekerja di perusahaan baja, Yunan merasa lingkungan kerjanya sudah semakin tidak nyaman, jenjang kariernya bergerak lambat, jenjang kariernya yang lambat ini berakibat pada target modal "pensiun" yang akan  dia gunakan.
Jika keadaan terus demikian maka 10 tahun lagi, alokasi uang tabungannya tidak cukup untuk mengembangkan bisnisnya. Â Yunan butuh percepatan untuk kehidupannya tersebut.
Disaat keresahan akan lingkungan kerjanya semakin memuncak, usaha kopi Yunan semakin meningkat, kopi yang dia jual kini bukan hanya Kopi Tempur, namun sudah berbagai macam jenis kopi  lain, nama usaha kopi Yunan berganti dari awalnya Kopi Tempur menjadi Kopi Petani.
Yunan megambil keputusan berani, di tahun 2019 Yunan memutuskan untuk resign, rencana ini terjadi lebih cepat, padahal awalnya Yunan ingin resign setelah 10 tahun bekerja, namun setelah melihat prospek usaha kopinya dia memilih untuk resign lebih cepat.
Selama ini usaha kopi hanya jadi sampingan saja hasilnya sudah bisa dikatakan lumayan, nantinya jika Yunan lebih fokus pada bisnis kopi miliknya, tentu hasil yang dia dapatkan dari bisnis kopinya akan lebih besar lagi.
Hijrah ke Semarang.
Yunan meninggalkan Jakarta bersama kenangan dan berbagai fasilitas sebagai budak korporat, dia memilih kota Semarang sebagai tujuan barunya, di Semarang, atau lebih tepatnya di Tembalang, Yunan menyewa sebuah ruko kecil yang dia gunakan sebagai toko dan juga kedai kopi untuk "Kopi Petani". Â
Semarang berbeda dengan Jakarta.
Awalnya Yunan masih merasa aneh dengan perubahan besar yang dia ambil, berbagai fasilitas yang dia dapatkan selama menjadi karyawan kini tak bisa lagi dia nikmati, kini dia tinggal di kost sederhana yang ada di belakang ruko Kopi Petani.