Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berandai Kena Covid-19, Kok Malah Senang?

27 September 2020   13:07 Diperbarui: 27 September 2020   13:45 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi isolasi diri yang dibayangkan Galih | Source : freepik.com

"Seneng sih aku kalo misal kena Covid-19"

Kawan saya yang bernama Galih (bukan nama sebenarnya) ini memang kadang punya pemikiran anti-mainstream.  Perbincangan kami ini jadi makin menarik.

"Kan enak tuh,"

"Biaya hidup pas sakit dibiayai pemerintah" tambahnya.

Prinsip Gratis.

Sedari mahasiswa, Galih ini memang menyukai hal yang berbau "gratisan", prinsip Galih adalah, ketikasa masih bisa gratis, kenapa harus bayar?

Saya ingat, bagaiman saya bisa aktif sebagai volunteer adalah karena Galih. Sewaktu masih kuliah di Jogja saya sering menjadi relawan untuk berbagai acara, mulai dari acara konser musik, lari dan lainnya.

Meskipun namanya relawan, bukan berarti kami dengan sukarela mengikuti kegiatan, ada insentif yangkami dapatkan, Insentifnya memang tidak bisa dikatakan besar, tapi sangat cukup untuk kami yang mahasiswa, selain insentif kami juga mendapatkan jatah makan gratis. Tanpa ada insentif jua, makan gratis adalah hal paling kami nantikan sebagai mahasiswa.

Isolasi Malah Seneng.

"Di isolasi tuh enak kan"

"kok bisa ?"

"kalo diisolasi kan aku bisa ngapa-ngapain aja sendiri"

"bisa bikin puisi, bikin cerpen, bikin gambar, ya macem macem lah"

Hmmm, Sudut pandang yang menarik.

Ilustrasi isolasi diri yang dibayangkan Galih | Source : freepik.com
Ilustrasi isolasi diri yang dibayangkan Galih | Source : freepik.com

Selama ini Galih memang underpressure, beberapa kali dia mengelukahkan mengenai pekerjaannya yang dianggap terlalu berat, dia merasa sudah waktunya dia untuk resign.

Namun resign tidak bisa semudah itu, jika dia resign bagaimana nanti dia mendapatkan uang untuk biaya hidupnya, Galih ini merupakan tulang punggung keluarga, setahu saya, orang tuanya sudah tidak bekerja, dan dia ini anak sulung dari 3 bersaudara.Dia punya dua adik yang harus sekolah.

Dulu Galih pernah mencoba berwirausaha, namun bukan untung, malah buntung yang dia temui. Pekerjaan sekarang Galih juga tidak dia dapatkan dengan muda, dia sudah menganggur cukup lama untuk mendapatkan pekerjaan ini.

Ilustrasi stres | source : freepik.com
Ilustrasi stres | source : freepik.com

Keputusan untuk resign bukanlah hal mudah untuk Galih, namun meskipun beban kerjanya berat, toh gaji yang dia dapatkan bisa dikatakan lebih dari cukup.

 Optimis Lawan Covid-19.

"udah lama aku nggk me time"

"aku udah stress, yud.. ntar kalo abis me time kan kerja jadi semangat lagi"

"Lah kalo udah kena terus nggk bisa ngapa-ngapain, gimana" Tanya saya.

Galih adalah orang yang hobi lari, dia lebih dulu menyukai lari sebelum saya, menurut Galih karena dirinya ini rajin olahraga dia akan memiliki imunitas yang kuat.

Akan sangat kecil peluang Galih untuk bisa terinfeksi Covid-19, jika terkena sekalipun Galih optimis jika dia akan jadi OTG (Orang Tanpa Gejala), dan pasti akan sembuh hanya dalam waktu yang singkat, paling isolasi dua tiga hari juga hasil swab testnya bakal negatif.

Bagi Galih covid-19 sama saja dengan pilek.

Ilustrasi sehat | Source : freepik.com
Ilustrasi sehat | Source : freepik.com

Saya tak mau menyangkal, saya ikuti saja kearah mana pembiciraan ini akan mengalir, jika memang harus ngalor-ngidul ya silahkan saja. Saya mencoba membuak topic, mengandaikan jika keluarganya yang terinfeksi covid-19.

"kalo orang tuamu di Jogja  yang kena Covid-19, gimana ?" Tanya saya

"Nggak papa, mereka pasti cepet sembuh" jawab Galih

"Mereka juga rajin olahraga kaya aku"

Ada sebuah penyakit baru yang muncul bersamaan dengan Covid-19, penyakit ini disebut Covidiot,penyakit ini  tidak menyerang saluran pernapasan seperti Covid-19, penyakit ini menyerang otak dan sistem saraf manusia.

Mereka yang terkena Covidiot stadium akhir, akan mengabaikan protokol kesehatan, tidak peduli dengan larangan physical distancing,karena tidak percayaa adanya covid-19, Sedang untuk stadium rendah ya seperti Galih ini, percaya covid-19, tapi begitu yakin bisa sembuh.

*Pembicaraan saya dengan Galih terjadi melalui telepon, jadi kemungkinan saya bisa ikut terinfeksi Covidiot sangat kecil, eh tapi nggak juga, kan Covidiot tidak menular lewat udara, ah entahlah. 

Salam hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun