Artikel ini adalah tanggapan untuk kompasianer Abdul dengan tulisannya yang berjudul "Dari Planet Bekasi, Balap Liar Menyebar ke Seluruh Galaksi"
Ada-ada saja memang tingkah laku warga +62 ditengah pandemi ini, setelah banyak yang bosan dengan keadaan yang memaksa mereka untuk tidak bisa keluar rumah dan melakukan aktifitas yang dapat memicu kerumunan, Â kini mereka mulai melakukan kegiatan yang cukup "nyeleneh", yaitu balap lari liar.
Pertandingan lari diadakan seperti balap motor liar atau drag race, dimana lintasan hanya sepanjang 100 hingga 200 meter, ada dua orang atau lebih  yang akan bertanding, mereka beradu lari hanya menggunakan fasilitas seadanya, alas kaki yang digunakan hanya menggunakn sepatu biasa atau bahkan bertelanjang kaki, rutenya juga hanya jalan yang ada di perkampungan dengan lintasan lurus.
Menjadikan Lari Olahraga Jalanan.
Lari memang olahraga yang dilakukan di jalan, namun olahraga ini tidak bisa menggunakan kata konotasi "jalanan" karena seiring perkembangan zaman, lari menjadi olahraga elit, orang tidak bisa sembarangan berlari, berlari butuh gadget-gadget canggih yang bisa mencatat jarak dan pace selama berlari, golongan orang-orang yang memilii paham seperti inilah yang disebut kaum "runner".
Selain gadget, penampilan fashion juga harus menarik, karena nantinya potret lari akan dibagikan melalui social media, tak pantas jika penampilan tidak maksimal jika potret lari kita tida dibuat sekece mungkin, maka jadilah para kaum runner ini mengenakan sepatu lari mahal, baju lari mahal dan lainnya.
Belum resmi dikatakan runner, jika belum berfoto dengan medali lari, medali ini baru bisa didapatkan dengan mengikuti event lari, ada berbagai macam event lari yang bisa di ikuti mulai dari event lari hore yang jaraknya Cuma 3 kilometer hingga 5 kilometer, lari jarak jauh 10 kilometer dan 21 kilometer (hal marathon), 42 kilometer (full marathon), hingga ultra marathon yang jaraknya melebihi 42 kilometer.
Semakin jauh kategori jarak larinya, maka semakin sedikit juga orang yang akan kita temui, karena butuh dedikasi luar biasa untuk bisa berlari dengan jarak yang begitu jauh, kebanyakan kaum runner adalah mereka yang suka mengikuti event lari hore.
 Saya tidak menampik jika saya adalah golongan runner ini, karena semenjak saya hobi lari, saya banyak membeli aksesoris lari dan sepatu dengan harga yang terbilang cukup mahal, selain itu saya gemar mengikuto event lari supaya mendapatkan medali  yang saya jadikan hiasan di dinding kamar saya.
Berlari Ternyata Semudah Itu.
Adanya balap lari liar, ini malah membuat saya malu sebagai seorang runner, terlepas dari perjudian dan taruhan kepada para pelari tersebut, saya memahami jika lari itu sebenarnya sangat mudah dilakukan.
 Berlari hanyalah membuat satu langkah kaki lebih depan dari kaki lainnya dan dilakuan secepat mungkin, olahraga ini bisa dilakukan dimana saja, dengan atau tanpa alas kaki.
Berlari tak harus menunggu ada event tertentu, berlari bisa dilakukan kapan saja, entah saat orang tersebut ingin berolahraga, atau saat orang tersebut sedang jenuh.
Gadget canggih, sepatu mahal, dan penampilan keren bukanlah syarat utama dalam berlari, itu hanya dalih kaum runner yang ingin tampil kece di sosial media mereka.
Penutup.
Sampai saat ini belum banyak kaum runner yang mau mencoba mengikuti balap lari liar ini, entah karena gengsi atau memang tak bernyali jika berlari tanpa aksesoris yang sudah biasa dia kenakan.
Saya pribadi mengucapkan terima kasih kepada pencetus balap lari liar ini yang menurut mas Abdul konon asalnya dari Planet Bekasi yang ada nun jauh disana, terima kasih sudah mengingatkan pada kami kaum runner, seperti apa olahraga lari yang sebenarnya.
Jadi siapa nih yang nantangin saya balap lari ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H