Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mampu Membedakan Aset dan Liabilitas, Solusi untuk Tidak Terlilit Utang

11 Agustus 2020   15:10 Diperbarui: 11 Agustus 2020   15:46 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prita dan Radit | Dok. Youtube Raditya Dika 

Aset adalah menyimpan uang ke dalam kantong anda, sedangkan liabilitas adalah mengeluarkan uang dari kantong anda.

Begitulah analogi sederhana untuk membedakan antara Aset dan Liabilitas yang diajarkan oleh ayah kaya Robert Kiyosaki, dalam buku Rich Dad, Poor Dad.

Lebih lanjut mengenai pembahasan isi dari buku Rich Dad, Poor Dad bisa anda baca di tulisan berjudul, : "Andai Semua Orang Memiliki 2 Ayah Seperti Robert Kiyosaki".

Lebih lanjutnya mengenai perbedaan antara aset dan liabilitas adalah, nilai aset emakin lama akan semakin meningkat, aset atau bisa disebut sebagai investasi bisa berupa emas, tanah, saham, reksa dana dan lainnya

Sedang nilai liabilitas semakin lama akan semakin menurun, contohnya adalah motor, mobil dan alat-alat elektronik yang semakin lama jika di jual kembali maka nilainya akan lebih rendah daripada harga pembelian awal.

Memiliki Aset adalah Menabung.

Ilustrasi Menabung | source : pexels.com
Ilustrasi Menabung | source : pexels.com

 Jangan Lupa Menabung

Adalah petuah yang diajarkan orang tua kepada anaknya, dengan menabung kita bisa memiliki simpanan uang yang nantinya bisa kita gunakan di masa depan.

Namun sekarang ada hal yang lebih berarti daripada menabung, yaitu memiliki aset, ajaran orang tua yang nantinya akan diajarkan kepada anak mereka di masa depan bukna lagi mengenai menabung, melainkan mengenai memiliki aset.

 Aset nilainya akan semakin naik, sedangkan tabungan nilainya akan tetap bahkan cenderung turun,  saya mungkin bukan ahli terkait masalah finansial, namun sudah pasti kita ketahui jika nilai uang cenderung akan semakin turun.

Sebagai contoh adalah demikian : nilai uang 10 juta 10 tahun yang lalu pasti berbeda dengan nilai uang 10 juta hari ini, satu dekade silam, dengan uang 10 juta kita masih bisa membeli sepeda motor baru, namun sekarang, sudah tidak mungkin membeli sepeda motor dengan harga demikian.

Sekarang apa yang kita lakukan jika sudah memiliki aset ?

Tentu untuk kehidupana kita di masa depan, karena fungsi aset tak berbeda dengan menabung, namun dengan keamanan yang lebi baik dan dapat menghasilkan untung, dana yang dialokasikan sebagai aset bisa untuk modal nikah, untuk menyekolahkan anak, dan lainnya, hal yang kiranya memang sudah kita siapkan akan terjadi di masa depan.

Aset Menyelamatkan dari Utang.

Aset juga dapat menyelamatkan kita dari hutang, dengan memiliki aset, jika suatu saat kita memiliki masalah keuangan, maka kita bisa mencairkan aset kita guna mengatasi kesulitan keuangan yang kita alami.

Sebenarnya sah-sah  saja jika ingin berhutang, namun mengingat banyak petaka dan bencana yang terjadi gara-gara hutang, mengandalkan aset yang kita miliki sebagai dana darurat saat ada kondisi yang tidak diharapkan terjadi adalah pilihan yang lebih bijak.

Terkait aset atau tabungan yang disamakan dengan dana darurat sebenarnya ada pro dan kontra, jika menurut Prita Hapsari,seorang perencana keuangan, dalam obrolannya dengan Raditya Dika di Podcast   milik Radit, beliau mengatakan jika dana darurat tidak bisa disamakan dengan aset.    

Prita dan Radit | Dok. Youtube Raditya Dika 
Prita dan Radit | Dok. Youtube Raditya Dika 

 "Dana darurat adalah cash liquid, yang kita enggak tau mau dipakai untuk apa, dan kalaupun dipakai, kita berarti sedang dalam kondisi tidak bahagia" Jelas Prita.

Adapun menurut wanita berhijab ini, ada 6 keadaan yang bisa memaksa kita untuk menggunakan dana darurat, keadaan tersebut adalah :

1.Kehilangan Pekerjaan

2.Sakit

3.Alat transportasi yang digunakan sehari-hari rusak

4.Perabot rumah tangga utama rusak

5. Kerusuhan domestik

6.Bencana alam

Enam keadaan ini adalah keadaan yang terjadi di luar kehendak kita, jadi sah-sah saja jika dana darurat yang selama ini kita simpan, kita keluarkan untuk menyelamatkan kehidupan kita.

Kembali Prita Hapsari menambahkan jika untuk dana darurat itu untuk orang yang masih single adalah 6 kali pengeluaran bulanan, untuk yang sudah menikah namun belum memiliki anak, besarnya adalah 9 kali pengeluaran bulanan, dan untuk yang sudah menikah dan memiliki anak, maka besarnya dana darurat adalah 12 kali pengeluaran bulanan.

Tapi perlu diingat jika aturan ini bukanlah sebuah aturan "mutlak", karena kita tahu tidak semua orang memiliki tingkat penghasilan seperti halnya seorang Raditya Dika,sosok youtuber, penulis buku dan sutradara.

"Mungkin untuk Raditya Dika bisa untuk membedakan dana darurat dan tabungan, namun untuk lain orang mungkin tidak, yang terpenting jangan lupa untuk menabung" ungkap Prita.

Penutup.

Pembahasan dalam artikel ini lebih dikhususkan untuk orang yang berhutang dalam keadaan yang mendesak.

 Dan sudah mengetahui cara mengatur keuangan, namun untuk orang yang dalam kesehariannya menyukai berhutang, padahal kondisinya tidak mendesak,ada indikasi jika dia memang tidak pandai mengatur keuangan, maka pembahasan di artikel ini akan kurang relevan.

Semoga perihal mengenai aset dan liabilitas yang saya sampaikan bisa bermanfaat untuk banyak orang dan tak ada lagi kasus piutang yang berujung petaka, hingga ada nyawa yang terpaksa melayang, hiii sereem.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun