Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Apakah Kita Hanya Bisa Berolahraga di Tempat Ramai?

22 Juni 2020   17:01 Diperbarui: 23 Juni 2020   08:57 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
CFD Sudirman-Thamrin | Source : Kompas.com / Dok. Antara/ Foto : Galih Pradipta

Dibukanya kembali Car Free Day (CFD) di Jakarta (21/6) kemarin, menguak fakta jika banyak orang hanya bisa berolahraga di tempat ramai.

Saya tau banyak dari anda akan tidak sepedapat dengan opini saya ini, namun melihat keramaian yang terjadi di CFD tersebut, fakta ini memang benar adanya.

CFD yang sudah ditiadakan sejak pertengahan maret lalu, atau dimulainya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), CFD yang diadakan kembali kemarin ini, malah jadi ajang "balas dendam", setelah sekian lama tidak berolahraga dan memadati keramaian.

Tak hanya orang yang berjalan santai dan berlari, kali ini ada banyak orang yang bersepeda, tentu karena olahraga bersepeda memang sedang populer saat ini.

Bersepeda adalah pilihan olahraga yang memiliki banyak manfaat namun, tidak member bean yang besar kepada sendi, seperti halnya berlari, pembahasan lebih lanjut mengenai manfaat olahraga bersepeda bisa anda baca di tulisan yang berjudul "Ingin Berlari Lebih Jauh, Cobalah Bersepeda".  

CFD Bukan Tempat Olahraga.

Meskipun dikatakan sebagai ajang olahraga bersama, namun bintang utama dari CFD adalah pedagang kaki lima, menurut saya lebih tepat mengatakan jika CFD adalah ajang berekreasi dan berbelanja.

Berekreasi karena kita bisa melihat suasana pusat keramaian ibu kota tanpa adanya kendaraan bermotor, dan berbelanja karena kita bisa mendatangi para PKL yang menjual berbagai macam barang, mulai dari makanan ringan hingga pakaian dan lainnya.

PKL di CFD Jakarta | Source : kompas.com / Foto : Kurnia Sari Aziza
PKL di CFD Jakarta | Source : kompas.com / Foto : Kurnia Sari Aziza

Tahun 2016 lalu, saya pernah merasakan suasana CFD Jakarta ini, waktu itu saya tidak berolahraga disana, karena saya merasa kondisinya tidak sesuai untuk berolahraga, dalam kesempatan tersebut, saya hanya berekreasi menikmati suasana kota Jakarta dan berburu makanan-makanan ringan serta pakaian yang dijual di CFD tersebut, lebih seru berbelanja di CFD.

CFD Tanpa PKL.

Untuk CFD perdana yang dibuka dalam masa PSBB transisi ini berbeda dengan CFD sebelumnya, PKL tidak diperbolehkan ada di kawasan tersebut, awalnya saya berpikir tentu orang yang datang tidak akan seramai  saat CFD biasa, dimana banyak tujuan orang mendatangi CFD adalah untuk berbelanja.

Namun ternyata saya salah, yang terjadi adalah lautan manusia dengan jumlah luar biasa yang memadati kawasan CFD Jakarta, ternyata motivasi orang datang ke CFD bukanlah untuk berbelanja, melainkan benar untuk berolahraga di tempat ramai, opini saya mengenai banyak orang yang hanya bisa berolahraga di tempat ramai mendapatkan bukti kuat yang mendukung.  

Padahal saat ini kita masih belum bisa dikatakan bebas dari ancaman covid-19, karena  saat ini jumlah korban terinfeksi cvid-19, masih menunjukan angka peningkatan yang relatif tinggi.

new normal | source : freepik.com
new normal | source : freepik.com

Tapi tentu kita tidak bisa hidup selamanya dalam bayang-bayang ketakutan akan virus mematikan ini, mulailah kita menuju fase baru "New Normal", ingat jika kita belum resmi menuju New Normal, saat ini kita masih masuk fase transisi menuju new normal.belum semua aturan PSBB ditiadakan, semuanya hanya dilonggarkan.

 Tapi sayangnya, kita tak begitu paham mengenai transisi, yang kita tahu jika dibuka berarti boleh masuk dan jika ditutup tidak boleh masuk, CFD sudah buka berarti sudah boleh masuk kesana beramai-ramai. 

 Manusia adalah Makhluk Sosial.

ilustraksi interaksi sosial manusia sebagai makhluk sosial | source : freepik.com
ilustraksi interaksi sosial manusia sebagai makhluk sosial | source : freepik.com

Kembali bicara mengenai teori yang saya jelaskan di awal tulisan ini, teori akan jadi benar karena manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya tidak bisa hidup sendiri dan memerlukan bantuan orang lain, serta membutuhkan interaksi dengan orang lain supaya bisa bertahan hidup.

Apalagi dalam berolahraga, olahraga adalah hal yang penting untuk kehidupan manusia, karena dapar menjaga kebugaran tubuh manusia, olahraga ditempat ramai diibaratkan seperti "sambil menyelam minum air" karena selain menjaga kebugaran tubuh, kita juga menjalankan kewajiban manusia sebagai makhluk sosial.

Jujur memang saya mengakui jika berolahraga bersama  dengan banyak orang membuat kita lebih bersemangat, seperti yang saya lakukan saat masih berada di Jogja dan aktif di komunitas lari "playon jogja".

Tapi saya kurang menyukai berlari dan berolahraga di tempat yang ramai seperti di CFD, dengan begitu banyaknya orang yang ada dalam area tersebut, gerakan kita menjadi susah dalam berolahraga, sehingga menjadi kurang nyaman untuk berolahraga.

Rute saya dan kawan-kawan Playon Jogja dulu bukanlah di sekitaran kawasan keramaian, melainkan tempat yang cukup sepi, tapi tentu tetap memperhatikan aspek keamanan untuk mencegah tidak adanya tindakan kriminal yang terjadi saat kami berolahraga.

Penutup.

Tapi ini tentunya bersifat subyektif, banyak orang yangtidak memiliki pemikiran seperti saya, tapi yang jelas penularan covid-19 bisa lebih cepat jika ada kerumunan orang banyak adalah sebuah hal yang bukan opini, melainkan kenyataan.

Himbauan pemerintah untuk melakukan physical distancing juga tidak mengada-ada, masyarakat dimohon tidak melakukan kegiatan yang memicu kerumunan untuk kebaikan bersama, tapi ya mau bagaimana lagi.

Baca Juga :

"Dari Dulu Sudah Ada Sepeda, Kenapa Orang Baru Ramai Bersepeda Sekarang ?"

"Tak Jadi Solusi Malah Ajang Korupsi, Akankah Kartu Pra Kerja Berakhir Sampai di Sini?"

kombes-5ef066d6d541df6ef4042f22.jpg
kombes-5ef066d6d541df6ef4042f22.jpg
Referensi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun