Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Dulu Sudah Ada Sepeda, Kenapa Orang Baru Ramai Bersepeda Sekarang?

17 Juni 2020   17:14 Diperbarui: 25 Juni 2020   08:15 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sepeda yang memenuhi tempat parkir | Source : freepik.com 

Sepeda adalah sebuah alat transportasi

Tercatat dalam sejarah sepeda sudah digunakan oleh orang Prancis di awal abad 18, jangan bayangkan kondisinya sudah menyerupai sepeda yang kita gunakan saat ini, sepeda di masa tersebut masih sangat "primitif" dengan ukuran yang begitu besar dengan  pergerakan yang cukup rumit.

Rumit seperti apa ?

Diperlukan dua orang untuk memutar engkol yang ada di sisi kanan dan sisi kiri sepeda "primitive" tersebut, selanjutnya benda itu akan bergerak urutan sebagai berikut : kiri,kanan,atas,berputar,atas, depan, bawah, belakang dan barat laut.

Baru pada tahun 1817 seorang pria asal Jerman bernama Karl Drais, berinovasi membuat bentuk sepeda menjadi lebih mirip dengan yang kita kenal saat ini, Drais adalah seorang pengawas hutan, dia membutuhkan sebuah kendaraan yang mampu membantunya dalam melaksanakan tugasnya dengan mobile.

Sepeda menjadi alat yang sangat berguna bagi Drais, dengan adanya sepeda ini dirinya dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan mudah, serta sanggup menyusuri medan yang cukup sulit seperti dalam hutan.

Ilustrasi sepeda yang digunakan Drais | source : wikipedia.org
Ilustrasi sepeda yang digunakan Drais | source : wikipedia.org

Apa fungsi sepeda sekarang ?

Setelah ada kendaraan bermotor yang bisa digunakan menjadi alat transportasi lebih cepat dari sepeda, mulailah fungsi sepeda bergeser dari alat transportasi menjadi menjadi alat olahraga, kelelahan yang didapatkan saat mengayuh sepeda bukan lagi kekurangan dari sepeda, melainkan menjadi keuntungan karena dapat menggerakan tubuh supaya menjadi lebih sehat.

 Bersepeda adalah olahraga yang termasuk dalam golongan olahraga kardiovaskuler atau lebih dikenal sebagai kardio saja, olahraga kardio ini adalah jenis olahraga yang mampu meningkatkan fungsi kapasitas dari organ vital seperti paru-paru dan jantung.

Golongan olahraga kardio lain yang sudah cukup dikenal banyak orang adalah lari, beberapa orang malah lebih memilih bersepeda dibanding berlari, karena bersepeda membutuhkan energi yang lebih sedikit serta tekanan yang lebih ringan untuk persendian.

Penjelasan mengenai olahraga lari dan bersepeda bisa anda baca di tulisan yang berjudul  " Ingin Berlari Lebih Jauh ? Cobalah Bersepeda"

Bersepeda Menjadi Gaya Hidup

 Setelah bersepeda menjadi olahraga, bersepeda berkembang lagi menjadi gaya hidup, sepeda yang digunakan tidak boleh sembarangan, harus ada teknologi tertentu yang memudahkan orang dalam "gowes" sepeda.

Tak hanya teknologi yang diperhatikan, merek dan estetika dari desain sepeda juga membuat harga sepeda melambung tinggi, tak heran jika ada sepeda yang harganya sampai ratusan juta rupiah.

Sepeda Bromton yang memiliki harga mahal | Source : Kompas.com (Dok. Shutterstock)
Sepeda Bromton yang memiliki harga mahal | Source : Kompas.com (Dok. Shutterstock)

Bersepeda dengan sepeda seharga ratusan juta rupiah sejatinya sama saja dengan sepeda yang seharga ratusan ribu rupiah saja, jika melihat fungsinya sebagai alat untuk berolahraga, tapi jika melihat "gengsi"nya tentu jauh berbeda.

Harga sepeda yang mahal menunjukan betapa tingginya strata sosial yang dimiliki si pemilik sepeda tersebut.

Menjadi Keren Karena Sepeda.

Saya memiliki pengalaman terkait hal ini, saya memiliki sebuah sepeda buatan asli Indonesia dengan merek berinisial "P", harga sepeda ini tak sampai ratusan juta rupiah, masih dalam kisaran satu digit tentunya.

Saat saya bersepeda dengan sepeda tersebut, hampir semua orang bersepeda yang berpapasan dengan saya pasti akan menyapa saya dengan ramah, anehnya pandangan mereka awalnya tak tertuju langsung kepada saya, melainkan tertuju pada sepeda yang saya kendarai, lalu kemudian menuju wajah saya dan barulah menyapa saya.

Kejadian ini tidak pernah saya temui sebelumnya saat saya berlari, orang orang yang bersepeda hampir tak pernah menghiraukan keberadaan diri saya ketika berlari, beda sekali jika saya bersepeda dan menggunakan sepeda bemerek "P" tersebut.

Sepeda merek
Sepeda merek "P" yang saya miliki | Dok. Pribadi 

Faktanya memang merek sepeda "P" ini menurut beberapa orang adalah merek sepeda keren sehingga bukan orang biasa yang bisa memiliki tersebut, bisa dikatakan saya menjadi keren karena sepeda saya tersebut.

Tapi ini tidak membuat saya besar kepala, karena sebenarnya saya masih lebih menyukai lari daripada bersepeda, hehe

Saya pribadi sangat menyayangkan kejadian yang terjadi di sebuah kafe di Semarang beberapa waktu lalu, di mana beberapa anak muda, masuk ke dalam kafe tanpa mau turun dari sepeda mereka dikarenakan takut sepeda "mahal" mereka akan hilang, ini membuktikan mereka sudah melupakan etika dan lebih mementingkan harga sepeda mereka.

Sepeda masuk kafe | Source : detik.com (Dok : Istimewa) 
Sepeda masuk kafe | Source : detik.com (Dok : Istimewa) 

Tulisan lebih lanjut mengenai kejadian ini telah ditulis oleh kompasianer Reno Dwiheryana dalam tulisannya yang berjudul "Jangan Norak Bersepeda Juga Punya Etika".

Penutup.

Saat ini budaya bersepeda sedang naik, hampir semua toko sepeda kebanjiran pengunjung yang ingin membeli sepeda. Hal ini dikarenakan sepeda menjadi olahraga yang dapat dilakukan dengan mudah.

 "Bike to work" atau bekerja menuju tempat kerja dengan bersepeda menjadi pilihan untuk transportasi  menuju ke kantor setelah ada aturan "physical distancing" yang akan susah dilakukan jika berada di kendaraan umum.

Dengan bersepeda selain bisa menjaga physical distancing bersepeda menjadi olahraga yang dapat menjaga kebugaran tubuh sehingga terhindar dari  Covid-19.

Tapi ingat untuk tetap menjaga etika selama bersepeda, tetap ikuti peraturan lalu lintas supaya tidak mengganggu pengguna jalan lain serta jaga protokol kesehatan yang berlaku.

Salam Gowes,

Baca Juga : "Optimalkan Pembakaran Lemak dengan Konsumsi Kopi Sebelum Berolahraga"  

Dok. Kombes
Dok. Kombes

Referensi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun