Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Betapa Memorablenya McD Sarinah

12 Mei 2020   20:05 Diperbarui: 12 Mei 2020   19:59 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penutupan McD Sarinah (10/5) kemarin ,menjadi momen yang mengharukan karena banyak orang merasa memiliki kenangan di tempat tersebut.

Di restoran cepat saji yang sudah beroperasi sejak 30 tahun silam ini, mejadi tempat kongkow, tempat mengerjakan tugas, perayaan ultah, dan aktifitas publik lain yang melibatkan banyak orang.

Terlepas dari momen penutupannya yang dimeriahkan banyak orang, tak heran jika ada kompasianer yang mendoakan semoga nantinya tidak ada pasien  covid-19  klaster McD Sarinah.

Biarpun kerumunannya sudah melanggar PSBB, tapi anggaplah kita maklum jika kenangan dan kerinduan akan kenangan, sudah mengalahkan segalanya, ingat kata dilan jika rindu itu berat,  begitu beratnya sampai imbauan untuk tidak mengadakan keramaian, guna mencegah penularan covid-19 sekalipun tak ada apa-apanya.

Restoran Cepat Saji Penuh Kenangan.

Sebenarnya apa yang dijual di McD Sarinah ? apakah kenangan?  Kebersamaan ?Kenapa begitu mengharukan saat restoran ini berhenti beroperasi ? nyatanya yang mereka jual adalah makanan cepat saji sama dengan McD yang ada di tempat lain, tapi ini memang yang menjadi fenomena unik, jika orang, khususnya pelajar dan mahasiswa lebih nyaman mengerjakan tugas di restoran cepat saji, macam McD, KFC dan lainnya.

Apa kabar perpustakaan ?

Saya memang belum pernah mengunjungi macDsarinah, tapi saya meyadari fenomena ini saat kuliah di Jogja, terhitung ada beberapa McD di Jogja, tapi saya malah lebih memilih KFC sbagaitemoat yang memorable.

Tidak ada maksud membandingkan rasa dari kedua restoran cepat saji tersebut, menurut saya keduanya sama sama enak.

KFC yang memorable versi saya  tersebut adalah KFC Merapi Merbau, yang ada di jalan Seturan Yogyakarta, lokasinya begitu dekat dengan kampus dan kosan saya semasa menjadi mahasiswa dulu.

KFC Merapi-Merbabu | Source : hipwee.com
KFC Merapi-Merbabu | Source : hipwee.com

 Saya biasa mengerjakan tugas dengan kawan-kawan saya, atau cuma sekedar hangout mencoba menu baru di tempat tersebut.

KFC lebih nyaman daripada perpustakaan kampus, mesipun dengan segala kebisingannya, tempat tersebut lebih cozy untuk kami mengerjakan tugas, terlebih dengan adanya makanan yang bisa dipesan, yang paling penting bisa menyegarkan "pandangan" dengan melihat kesekitar.

Ini terjadi karena yang kami lakukan saat mengerjakan tugas hanyalah di awal saja, misal dari waktu satu jam kami berada di KFC, 15 menit awal kami fokus mengerjakan,selesai tidak selesai, harus dianggap selesai, jika belum juga selesai maka tugasnya dilanjut di rumah atau kos, lantas 45 menit sisanya digunakan untuk ngobrol dan bermain.

Restoran cepat saji bukan tempat belajar.

Beberapa waktu lalu, muncul sindiran  seperti ini di twitter, hingga menjadi trending topic di  twitter. Kejadian diawali dengan sekelompok pelajar yang menegur anak-anak yang bermain , para pelaja ini menganggap jika si anak berisik dan mengganggu mereka yang sedang mengerjakan tugas.

Teguran si pelajar ini malah membuat keributan, orang tua si anak tidak terima dengan perlakuan si pelajar kepada anaknya, banyak orang yang lebih membela orangtua si anak.

Kejadian tersebut bukan terjadi di Indonesia, melainkan di salah satu McD yang ada di Malaysia,dari sini kita tahu jika belajar di restoran cepat sajai bukan hanya terjadi di Indonesia.

Source : twitter @anas_cik
Source : twitter @anas_cik

Penutup.

Restoran cepat saji macam McD atau KFC adalah tempat makan,tentu tempat makan harus memberikan kenyamanan kepada para pelanggannya, tapi bukanah digunakan sebagai tempat belajar.

Aneh sebenarnya mencampurkan hal yang  santai (makan) dengan serius (belajar), karena pada akhirnya banyak kenangan yang terakumulasi disana, saat akumulasi kenangan sudah terkumpul begitu banyak, kita menjadi tak rela jika restoran tersebut tutup, maka melanggar PSBB pun tak jadi masalah.

Salam Hangat.

Referensi :

1,2

Dok. Kombes
Dok. Kombes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun