"Tegal masih lockdown soalnya, jadi banyak warung yang tutup"
Itu kata mas tukang parkir, saat kemarin (14/4) saya mendapati warung soto "pasar senggol" tutup.
Dikarenakan ada kebutuhan mendesak , saya yang tinggal di Brebes, terpaksa berangkat menuju kota Tegal, dan sesampainya di kota Tegal karena bertepatan dengan jam makan siang, saya hendak makan siang di tempat makan langganan saya yaitu soto psar senggol.
Tapi ternyata warung soto yang sudah saya kenal sejak kecil ini tutup, sungguh tidak biasa. Terlebih apa yang dikatakan tukang parkir, mengenai lockdown. Bukankah lockdown di kota Tegal dibatalkan? Kenapa ini masih lockdown ?
Beberapa pekan lalu, tepatnya tanggal (30/3) Kota Tegal mulai memberlakukan lockdown, di mana semua akses masuk ke Kota Tegal, kecuali ruas jalan pantura yang menuju luar kota, ditutup.
Tidak tanggung-tanggung, penutupannya dilakukan menggunakan beton yang hanya bisa dipindahkan jika menggunakan alat berat.
Penolakan Dari Masyarakat
Tetapi keputusan tersebut memicu berbagai polemik, banyak yang tidak menyetujui keputusan dari Walikota Tegal, Dedy Yon Supriyono ini.
Keputusan tersebut terkesan bertindak sendiri tanpa mengindahkan perintah dari pemerintah pusat, banyak pula warga Kota Tegal, terutama para pedagang dan masyarakat kecil yang akan sangat merasakan dampaknya.
"Terkait lockdown, pemerintah harus jelas dan tegas bersikap, jangan terkesan sendiri sendiri dalam memberikan statement, jika seperti ini kasihan masyarakat, karena kebijakan apapun saat ini akan terasa di masyarakat"