Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Gejayan, Menyebar Menjadi Indonesia

28 September 2019   08:51 Diperbarui: 28 September 2019   09:23 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Gejayan Memanggil Source: twitter @molanayudi

Seminggu ini, lini masa sosial media dan pemberitaan dipenuhi dengan aksi mahasiswa yang menyuarakan suara mereka kepada pemerintah.Tuntutan yang betajuk "Reformasi Dikorupsi" adalah untuk menentang beberapa RUU yang dinilai memberatkan masyarakat.

Berawal dari Gejayan.

 Aksi Mahasiswa ini dimulai dari aksi "gejayan memanggil" yang diadakan di Jogja pada tanggal 23 september 2019 lalu. Alasan kenapa memilih Jogja adalah karena ada sejarah jika dulu pada tanggal 8 mei 1998 ada aksi yang terjadi di jalanan gejayan, aksi tersebut  dikenal dengan "tragedi Yogyakarta" dan menelan 1 korban jiwa, seorang mahasiswa dari universitas Sanata Dharma.

Mengingat Jogja adalah kota pelajar, tempat dimana sebagian besar penghuninya adalah kaum pealjar dan mahasiswa, maka Jogja adalah tempat yang tepat untuk mengumpulkan mahasiswa, selain itu dilihat dari lokasi, gejayan adalah titik temu dari kampus kampus besar yang ada di Jogja.

Aksi gejayan berlangsung damai, tidak ada tindakan anarkis, yang ada malah spanduk spanduk dengan bahasa bahasa lucu yang membuat kita geli membacanya. 

Aksi gejayan memanggil ini, menyatukan banyak kaum yang sebenanya adalah diferensiasi dari kaum mahasiswa Jogja,seperti kaum "rebahan', kaum "wibu" , kaum"mager" dan istilah istilah yang sering digunakan anak muda zaman sekarang. Ini sebenarnya adalah contoh kreatifitas mahasiswa untuk menyuarakan aksi yang patut diapresiasi.

Gejayan memanggil ini adalah pemantik dari aksi aksi lain yang tersebar kota kota lain yang ada di indonesia, keesokan harinya, pada tanggal 24 september 2019, di Semarang juga ada aksi serupa. Aksi  ini berhasil membuat bapak Ganjar Pranowo selaku gubernur jawa tengah turun dan ikut berdialog dengan mahasiswa.

Dalam seminggu ini, aksi mahasiswa tersebar ke banyak kota di Indonesia, beberapa ada yang berhasil berdialog dengan perwakilan DPRD atau pemerintah setempat, tetapi tidak sedkit pula yang berakhir dengan keributan dan bentrok dengan pihak kepolisian.

Aksi Mahasiswa yang Ditumpangi.

Banyak tudingan jika aksi mahasiswa ini ditumpangi oleh pihak pihak tertentu, hal ini dibantah dengan keras oleh Manik Marganamahendra, presiden BEM UI,  dalam acara ILC (Indonesian Lawyers Club) beliau mengatakan yang menunggangi aksi mahsiswa ini adalah kepentingan rakyat, bukan individu atau oknum oknum tertentu.

 Nyatanya aksi ini memang mendapatkan dukungan, dukungan dari rakyat Indoenesia tentu saja, tidak sedikit masyarakat sekitar  yang memberikan makanan atau air minum saat aksi, atau seperti Karin Novilda alias Awkarin, seorang selebgram yang ikut membagikan makanan dan membersihkan sampah saat aksi mahasiswa di Jakarta.  

Awkarin dan masyarakat sekitar Cuma sedikit dari pendukung aksi ini, kebanyakan malah  mereka tidak turun langsung, tapi ada doa dan dukungan yang dititipkan ke kawan kawan mahasiswa ini.

Aksi menjadi makin massif setiap harinya, tapi hasilnya masih belum ada, tidak ada keputusan yang membatalkan RUU yang tidakpro rakyat ini, yang ada hanya tunda, meminjam bahasa dari presma UGM, Atiatul Muqtadir, jika menunda itu hanya bahasa politis, bahasa resminya adalah diterima atau ditolak.

Anak SMA & SMK ikut Turun ke Jalan.

Kondisi yang menggantung ini membuat situasi makin ricuh,  munculah bala bantuan mahasiswa, yaitu anak anak SMA dan SMK, yang akhirnya ikut turun ke jalan, mereka belum punya pemikiran sedewasa kakak kakak  mereka yang berstatus mahasiswa,  yang mereka lakukan  hanya berupa respon spontan melihat kakak kakak mereka ditindas.

Timbulah "Perang".

Kerusuhan ini malah menjadi "perang" , karena akhirnya kedua pihak menghalalkan segala cara, dari pihak mahasiswa , sudah banyak yang menyerang membabi buta pada polisi, bahkan ada mobil berplat merah yang melintas langsung dirusak bbegitu saja.

Dari pihak kepolisian juga muncul hoax tentang ambulans pembawa batu,  serta muncul korban jiwa di pihak mahasiswa, juga penangkapan orang orang yang disinyalir sebagai penyokong aksi mahasiswa ini.

Dalam perang, semua bisa jadi penjahat dan pahlawan,kedua sisi menjadi berlawanan dalam waktu singkat,yang sangat disayangkan, perang ini bukan perang melawan penjajah, perang ini  adalah antar bangsa sendiri, ini seperti membuktikan perkataan soekarno jika masalah yang dihadapi bangsa ini akan makin berat, karena yang dihadapi bukan penjajah, tapi bangsa sendiri.

Penutup.

Damai adalah doa yang paling utama dipanjatkan saat perang terjadi, inilah yang jadi doa dan harapan masyarakat sekarang, tapi jika damai ini malah hanya membungkam satu pihak, dan pada akhirnya menjadi bom waktu yang malah  membuat Indonesia menjadi makin rusuh di masa depan, apakah damai menjadi solusi terbaik ?

Kita doakan saja yang terbaik untuk Indonesia.

Referensi :

1,2,3,4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun