Anda masih berusia 20an, dan percaya jika anda tidak akan terkena asam urat ? coba pikir lagi. Sebelumnya mari kita cari tahu tentang apa itu asam urat, asam urat adalah penyakit yang disebabkan oleh konsumsi zat purin secara berlebihan, zat purin yang berlebih ini yang akan membuat kadar asam urat berlebih, ginjal yang tidak mampu mengeluarkan kelebihan kadar asam urat tersebut justru malah membuat penumpukan kristal di persendian, yang akhirnya membuat sendi terasa nyeri dan timbul benjolan.
Memang biasannya penderita asam urat adal orang yang berusia lanjut, karena zat purin yang sudah dikonsumsinya selama bertahun-tahun ini terakumulasi dan timbulah asam urat. Penumpukan zat purin yang mengakibatkan asam urat ini sebenarnya bisa dicegah dengan gaya hidup yang sehat, dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung banyak zat purin, rutin berolahraga dan minum air putih 8-10 gelas sehari.
Kembali bicara mengenai asam urat pada oranng yang masih berusia 20an, itu mungkin saja terjadi, dan saya adalah salah satu contohnya. Mungkin pengaruh gaya hidup yang salah ini yang membuat saya bisa terkena asam urat, usia saya waktu itu 21 tahun, saya merasa nyeri di bagian persendian di lutut saya, kemudian timbul benjolan di persendian tersebut. Awalnya saya merasa takut untuk memeriksakan diri ke dokter, sudah terbayang tentang penyakit yang macam-macam, tapi akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke dokter dan memeriksakan diri saya. Ternyata setelah di cek kadar asam urat saya memang tinggi, harusnya kadar asam urat normal untuk pria adalah 2-7 mg/dl, tetapi kadar asam urat saya sudah 8 mg/dl.
Faktor utama yang membuat kadar asam urat saya bisa tinggi adalah gaya hidup. Saya adalah mahasiswa di kota pelajar Jogjakarta. Saat itu saya sedang sibuk-sibuknya dengan kuliah, sedang banyak tugas praktikum dan tugas lainnya, sehingga kurang memperhatikan makanan apa yang dimakan, setiap hari sarapan di warung soto ayam yang dekat dengan kampus, tapi masalahnya bukan di sotonya, masalahnya karena saat sarapan dengan soto, sekaligus makan sate usus sebagai lauknya, sekali sarapan saya bisa makan 3-4 tusuk sate usus, dan malamnya biasanya makan di warung makan lamongan dengan menu ati goreng, seperti itulah rutinitas saya, ditambah dengan setiap malam nongkrong dengan teman-teman di angkringan sekitaran tugu, pasti cemilan yang wajib adalah sate usus.
Usus dan ati ampela ini ternyata adalah sumber utama dari zat purin, purin ini yang terakumulasi di tubuh saya dan membentuk kristala yang menjadi benjolan di lutut. Selain karena pola makan yang salah, faktor lain adalah karena saya jarang berolahraga, dan ketika saya mau berolahraga saya baru merasakan jika persendian di bagian lutut terasa nyeri. Setelah saya ceritakan gaya hidup saya selama ini, akhirnya dokter bisa memahami apa penyebabnya saya bisa terkena asam urat, lantas saya diberi obat yang harus dikonsumsi selama satu bulan dan diingatkan untuk tidak makan makanan yang mengandung banyak zat purin dan lebih sering untuk berolahraga. Sebagai pengingat dokter menulis sendiri “pantangan” tersebut. Pantangannya antara lain.
- Ati
- Usus
- Otak
-Jenis Jeroan Lainnya
-Daging setengah matang/ daging bakar
-Kacang-kacangan
-Tempe-tahu (karena merupakan olahan dari kedelai yang termasuk kacang-kacangan)
-Emping
-Minuman Bersoda
-Durian
-Nanas
-dll
Kurang lebih seperti itu daftar yang dituliskan dari dokter untuk saya, dan alhamdulillah setelah rutin mengkonsumsi obat dan menghindari makanan makanan tersebut, benjolan yang ada di lutut saya hilang, dan tidak terasa nyeri lagi, sehingga saya bisa beraktifitas dengan lancar.
Kurang lebih seperti itulah pengalaman saya yang pernah terkena asam urat, usia muda bukan membuat kita bisa bersantai-santai dan melupakan pola hidup sehat. Pesan saya adalah untuk terus melakukanpola hidup yang sehat dan jangan makan terlalu berlebihan, karena yang berlebihan sudah pasti tidak baik.
Referensi : https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_urat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI