Kupikir aku akan kuat karena itu kubiarkan kamu pergi
Bahkan kulepas dengan senyum dan harap. Â
"Aku bisa mengerti, Yang. Merantaulah ke negeri seberang, mencari sebebasmu
 dan menemukan apa yang kau mau. Aku tak bisa menahanmu karena yang punya
 raga dan jiwa adalah kamu. Tak perlu pikirkan aku karena di sana semoga kamu
 bertemu seseorang yang lebih tepat. Aku akan baik-baik saja."
Lalu kamu pergi. Sempat kau tengok sekali wajahmu menatapku, untuk meyakini bahwa
aku tak mengapa dengan yang terjadi.Â
Langkahmu pun kian menjauh dan tak ada lagi helaan nafas, bau badan, langkah kaki,
yang begitu kuhapal. Tak ada lagi.
Tapi memoriku cukup kuat untuk menghadirkan itu kembali. Di hampir  semua detik berlalu
kenangan tentangmu berjalan satu-satu.Â
Senyuman, tawa, kekecewaan, kecemburuan, kekesalan bahkan kemarahan
Itu tak hilang. Â Sekalipun, telah bertetes air mata menyapu dan menenggelamkannya.
Ternyata aku tidaklah hebat. Aku tidak pernah baik-baik saja karena terbelenggu rindu
yang  tak jua putus.
Dan semakin luruh, patah, hancur berserak,
ketika kutemu kamu setelah sekian masa panjang terpisah
Hanya, kau tidak lagi sendiri. Ada jantung hati tersemat di dadamu dan di senyummu
di mana-mana. Â Di dirimu. Tapi itu bukan milikku.Â
Yogyakarta, 19 Mei 2020
(Ketika  cemburu menyergapku)
Â
 Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H