Mohon tunggu...
yudi howell
yudi howell Mohon Tunggu... Freelancer - Active Social Media User

Female, live in Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ada Lalu Tiada

26 April 2020   07:48 Diperbarui: 26 April 2020   07:41 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Geleng-geleng kepala sajalah. Tak ada lain yang dilakukan. Memang begitu kamu. 

Sudah ada tiga kali matahari mengitari bumi, tak terkirim kata. Gambar profilmu pun tak  di situ. Pesan terakhir bahkan sudah kadaluwarsa. Kutulis kalimat memperbarui memori, "Kusadar aku gak penting buatmu. Kumundur saja. Tenanglah, ku tak lagi menghantui. Ini pesan terakhirku."   

Hanya beberapa waktu setelah itu, ketika matahari mulai mengintip jendela, belum penuh  mataku terbuka, telah berderet kata  beruntutan di layar. 

"Pulsaku habis. Banyak kerjaan. Benar-benar hectic. Maaf aku tak sempat. Gak.ada signal . Tapi aku bisa memulainya lagi. Apa yang kamu tanyakan kemarin?" Dan aku tiba-tiba lupa dengan kataku sendiri. Dengan senyum mengembang dan hati berbunga-bunga kutuliskan kembali. Panjang dan lebar. Seperti air sungai mengalir di musim hujan. Tak putus. 

Tapi...setelah itu...kamu raib (lagi) untuk kesekian kali membawa lari berpotong-potong kata dan gambar. Membiarkan konversasi tak selesai yang memaksaku menunggu dalam sepi. 

Kamu muncul lalu menghilang. Seperti petikan lirik lagu Rhoma Irama "kau yang mulai, kau yang mengakhiri, kau yang berjanji kamu yang mengingkari". 

Seperti Jelangkung permainan waktu kecil dulu. Datang tak diundang, pergi tak diantar. Seperti pencuri. Datang tak bilang, pergi tak pamit dan melangkah tanpa suara. Makhluk ajaib yang kadang ada kadang tidak.  Sesaat timbul setelah itu tenggelam.  Ada lalu tiada. 

Berapa kali sudah ku membuat putusan untuk mengakhiri karena lelah.  Sudah tak cukup dengan jari, marah tapi kemudian memaafkan. Haruskah kuputar waktu untuk mengulang peristiwa yang sama? Kurasa tidak.  Cukuplah sudah hari ini. Mungkin memang begitulah kamu ditakdirkan untukku.    

Semoga saja kekasih barumu kelak (jika sudah kamu temukan)  dapat memahami seperti aku memahamimu.

Yogyakarta, 25 April 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun