Mohon tunggu...
Joe D
Joe D Mohon Tunggu... wartawan -

Freelancer...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Budaya Mencontek pada Mahasiswa

2 Oktober 2015   22:34 Diperbarui: 2 Oktober 2015   22:34 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencontek bukanlah istilah yang asing buat kita. Terlebih-lebih pada kaum terpelajar, termasuk mahasiswa. Salah satu bentuk mencontek adalah dengan membuat contekan. Contekan tersebut dirancang saat akan dilaksanakan ujian, baik ujian mid semester maupun ujian semester.

Dengan caranya sendiri mereka membuat bermacam bentuk contekan. Contekan ini biasa dibuat pada selembar kertas berukuran kecil, tetapi memanjang, kemudian dilipat-lipat yang akhirnya berbentuk persegi panjang. Di sinilah mahasiswa membuat tulisan yang isinya mengenai materi kuliah yang akan diujiankan.

Tidak hanya di kertas, contekan juga ditulis di sepatu. Cara ini banyak dilakukan oleh mahasiswa bersepatu putih. Resiko ketahuanpun kecil dibandingkan dengan contekan yang ditulis di kertas.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, mengapa seorang mahasiswa masih tetap membuat contekan? Ada 3 alasan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

1. Faktor kebiasaan. Seorang mahasiswa mencontek bukan dimulai saat dia kuliah, tetapi mungkin saja sudah sejak SMP. Dari SMP hingga SMA. Karena setiap akan ujian membuat contekan, maka lama-kelamaan mencontek menjadi kebutuhan baginya atau bisa juga disebut menjadi kebiasaan.

2. Malas belajar. Banyak mahasiswa yang belajarnya menganut Sistem Kebut Semalaman (SKS). Besok akan ujian, malamnya baru belajar keras. Mata kuliah yang sudah menumpuk tidak mungkin dihapal atau dipelajari dalam semalam. Jalan satu-satunya adalah dengan membuat contekan.

3. Sebagai pegangan. Ada sebagian mahasiswa membuat contekan berupa materi yang sudah dihapalnya. Namun mahasiswa tersebut memiliki sifat pelupa. Bila ada pertanyaan dan mahasiswa tersebut bisa menjawabnya, tetapi ia lupa jawaban yang sebahagian lagi, maka contekan yang dibuatnya itu adalah penyelamat satu-satunya.

Sebenarnya, mencontek lebih banyak kerugiannya daripada keuntungannya. Kerugiannya yaitu apabila seorang mahasiswa saat ujian ketahuan mencontek oleh sang dosen, bisa-bisa mahasiswa tersebut dikeluarkan. Otomatis ia akan mendapat nilai E untuk mata kuliah tersebut.

Mencontek ini ibarat rokok, semakin sering dilakukan semakin sering mengulanginya. Mahasiswa yang sudah bergantung pada contekan termasuklah mahasiswa yang tak berpotensi karena ilmu yang diberikan kepadanya tidak pernah dipelajarinya. Hanya saat ujian saja ia akan belajar, itupun dengan membuat contekan. Selesai ujian, contekannya langsung dibuang, ilmunya juga ikut melayang. Yang didapat hanyalah nilai hasil dari mencontek.

Keuntungannya, mahasiswa dapat menjawab soal-soal dengan mudah. Hanya tinggal menulis saja. Mungkin saja ia mendapat nilai A karena jawabannya benar semua. Tapi apalah arti sebuah nilai A yang di dapat melalui contekan dibandingkan dengan nilai B hasil dari giat belajar.

Banyak cara untuk menghilangkan kebiasaan mencontek ini, salah satunya dengan belajar. Belajar secara teratur. Selesai perkuliahan, luangkan waktu sekitar 1 jam untuk menghapal atau mempelajari kembali mata kulaih yang baru saja diberikan. Satu materi dalam 1 jam untuk menghapalnya bukanlah pekerjaan yang memberatkan. Jangan sampai materi kuliah sudah menumpuk baru kita mencoba untuk menghapalnya. Jangankan untuk mempelajari, melihat tulisan yang sudah banyak saja, kita sudah merasa bosan.

Bisa dimaklumi, selama dunia pendidikan masih ada, budaya mencontek juga akan semakin berkembang.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun