Mohon tunggu...
Yudi Kurniawan
Yudi Kurniawan Mohon Tunggu... Administrasi - Psikolog Klinis, Dosen

Psikolog Klinis | Dosen Fakultas Psikologi Universitas Semarang | Ikatan Psikolog Klinis Indonesia | Contact at kurniawan.yudika@gmail.com | Berkicau di @yudikurniawan27 |

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ucapkan Selamat Lebaran, Jangan Gunakan Broadcast Message

18 Juli 2015   09:16 Diperbarui: 18 Juli 2015   09:16 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi Ucapan Selamat Lebaran (sumber gambar: www.sisidunia.com)"][/caption]           

Idul Fitri adalah momen tahunan ketika seluruh umat muslim merayakan kemenangan setelah berpuasa di bulan Ramadan. Idul Fitri menjadi waktu yang sangat tepat untuk memohon maaf, sekaligus memaafkan, dan mempererat kembali silaturahim dengan keluarga dan sahabat. Sebagai ibadah yang punya konsekuensi perilaku, cara umat muslim bersilaturahim tentu dipengaruhi pula oleh tren teknologi.

Medio 1990-an, saya masih menikmati dan merasakan uniknya permohonan maaf yang disampaikan lewat kartu lebaran. Sungguh, kartu lebaran model pop up (kartu lebaran yang isinya berbentuk 3 dimensi) begitu menarik perhatian saya yang kala itu masih berusia 5 tahun. Ucapan itu menjadi unik karena isinya sangat personal dan menyentuh hati si penerima. Awal dekade 2000-an, layanan pesan singkat (sms) mulai menggantikan peran kartu lebaran yang kerap tiba beberapa pekan setelah lebaran usai (hehehe, harap maklum). Ini adalah masa awal saya berkenalan dengan ponsel. Demi membuat satu ucapan lebaran yang personal, saya bisa menghabiskan waktu hingga setengah jam. Sebabnya adalah upaya untuk merangkai kata dan menyusun emoticon hingga berbentuk seperti masjid (hayo siapa yang pernah melakukannya juga? Hehe). Kalau ucapannya benar-benar bagus, kadang dikirim kembali oleh si penerima ke orang lain dan kembali lagi kepada kita si pengirim pertama. Kalau sudah begitu, si pengirim pertama cuma bisa senyum senyum sendiri.

[caption caption="kartu lebaran pop up (sumber gambar: news.palcomtech.com)"]

[/caption]

Periode 2009-2010 hingga sekarang, ucapan lebaran yang sifatnya personal mulai tergerus oleh kehadiran fitur broadcast message (pesan massal) yang awalnya dipopulerkan oleh ponsel cerdas Blackberry. Dengan alasan kepraktisan, pengguna ponsel cerdas memanfaatkan pesan massal untuk mengirimkan ucapan dan permohonan maaf yang isinya seragam dan sebentuk. Tak ada beda sedikit pun dalam isi pesan yang dikirimkan kepada puluhan sanak saudara. Dan Voila! Dalam hitungan detik, pesan terkirim ke seluruh kontak yang ada di ponsel. Sungguh sebuah cara cerdas yang mampu mengefisienkan waktu. Namun apakah cara tersebut efektif? Belum tentu.

Coba kita bertanya pada diri sendiri, apa sebenarnya tujuan berkirim pesan kepada orang lain? Dalam konteks lebaran, pesan yang dikirimkan lewat ponsel tentu ditujukan kepada keluarga dan sahabat yang tak dapat dijangkau secara fisik. Oleh karena itu, teknologi hadir membantu kita mengatasi keterbatasan tersebut. Beberapa fitur yang dapat dimanfaatkan adalah panggilan telepon, panggilan video, dan tentu saja pesan pribadi. Jika harus menyampaikan pesan kepada banyak orang, dua fitur yang saya sebutkan di awal memiliki keterbatasan dari sisi biaya panggilan dan ketersediaan teknologi video di ponsel si penerima. Jadi wajar saja jika fitur pesan pribadi (biaya murah dan dimiliki oleh semua ponsel), apalagi dengan adanya fitur pesan massal, menjadi primadona untuk mengantarkan permohonan maaf di kala lebaran.

Namun ada satu hal yang kerap dilupakan oleh pengirim pesan, yaitu menyentuh sisi personal si penerima pesan. Inilah hal yang tidak dapat dilakukan oleh fitur pesan massal. Setiap orang akan merasa nyaman dan dihargai ketika namanya disebutkan. Jadi jangan pernah lupa untuk menyebutkan nama si penerima pesan. Jika hubungan Anda dengan si penerima pesan cukup akrab, bisa diselipkan beberapa humor ringan untuk menghangatkan percakapan. Jika Anda mengirimkan pesan kepada atasan, cukup sebutkan nama dan sampaikan doa keselamatan untuk mereka. Meskipun hanya menambah beberapa kata, akan sangat terasa bedanya ketika kita membaca pesan massal dan pesan yang memang ditujukan untuk kita. Kita akan cenderung mengabaikan pesan massal, sebaliknya perasaan nyaman akan muncul ketika membaca pesan yang berisi nama dan doa untuk kita.

Inti dari memohon maaf dan mengucapkan selamat lebaran adalah silaturahim. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita langsung menyampaikannya kepada si penerima pesan, bukan melalui pesan massal. Jika Anda merasa cukup repot untuk membuat ucapan yang benar-benar personal, gunakanlah ucapan dan doa yang sama untuk beberapa orang, tapi gantilah namanya dengan si penerima pesan. Saya pribadi tidak pernah sekalipun menggunakan fitur pesan massal, meskipun saya sebenarnya tidak anti dengan pesan massal. Fitur ini cukup berguna untuk menyebarkan berita kehilangan atau mempromosikan sebuah produk. Namun untuk silaturahim, sebaiknya gunakanlah fitur pesan pribadi. Percayalah, dari permohonan maaf yang bersifat personal, akan muncul percakapan lanjutan yang juga personal.

Selamat merayakan Idul Fitri dan selamat merayakan persaudaraan.

Salam

@yudikurniawan27

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun