Mohon tunggu...
Yudi Kurniadi
Yudi Kurniadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja

Pekerja konstruksi dan penikmat sepakbola yang lagi suka menulis. Here We Go!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inter Milan, Si Ular yang Gagal Menggigit

10 Juli 2020   12:44 Diperbarui: 10 Juli 2020   12:46 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Inter Milan, Antonio Conte . (Foto: Getty Images)

Harapan sempat terangkat pada awal musim ini saat Conte menjabat sebagai nahkoda tim. Conte tentu bukan pelatih sembarangan, ia pernah memenangkan Scudetto Serie A kala di Juventus dan trofi Premier League bersama Chelsea musim 2017/2018.

Dengan mengusung skema 3-5-2 yang menjadi trendmark dirinya, Conte memaksimalkan beberapa pemain lama dan baru di Inter untuk mendukung formulanya. Hasil dari kolaborasi itu cukup membuat Inter mampu berbicara di beberapa pekan Liga.

Bahkan dibeberapa pekan awal Serie A, Inter membuat start yang fantastis dengan memimpin klasemen dan meninggalkan lawan-lawannya seperti Juventus, AC Milan, AS Roma dan Lazio. Namun kegemilangan Inter tak bertahan lama menjelang pertengahan musim, mentalitas dan kepercayaan diri yang selalu menjadi momok bagi Inter kembali kumat.

Selain soal pesikis, Conte pun sempat mengeluhkan soal komposisi pemain yang dimilikinya. Menurutnya kedalaman skuat yang diasuhnya tidaklah istimewa, hal ini lah yang berdampak pada performa Inter yang selain mulai kalah bersaing di Serie-A juga tersingkir dari Liga Champions semenjak dari penyisihan grup.

Performa Inter agaknya harus dibaca tidak sekedar di lapangan hijau, mereka membutuhkan kesabaran serta manajemen yang lebih terstruktur di luar lapangan. Meskipun saat ini dibawah kepemilikan sebuah konsorsium asal Cina, mere harus mengerti bahwa 1 musim tentu tidaklah cukup untuk mewujudkan skuad yang mampu bersaing atau merebut Scudetto.

Pemain yang telah memperkuat klub dalam jangka waktu lama dan berpenampilan stabil tentu wajib dipertahankan agar mampu menopang pemain baru yang didatangkan. Skuad yang cenderung dirombak setiap 1--2 musim tentunya akan sulit memiliki kekompakan dalam menerapkan strategi pelatih. Butuh waktu lebih dari pra-musim agar hasil di lapangan juga dapat menjawabnya.

Pada akhirnya, Inter Milan kembali berkutat di di posisi empat besar menjelang berakhirnya musim 2019/20 ini. Sisa 7 pertandingan menjadi pertarungan untuk menentukan kompetisi mana yang akan mereka arungi musim depan, Champions League atau Europa League. Nasibmu, Inter...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun