Malam ini, sembari menulis tulisan ini saya terharu karena menemukan sebuah video viral yang dimana seorang ibu yang tengah berjualan dipinggir jalan, digeruduk oleh bapak Polisi di daerah Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, Banten.
Di dalam video berdurasi 2 menit itu, pedagang yang menjajakan pakaian dalam itu diketahui seorang ibu bernama Yernis dan berasal dari Padang, Sumatera Barat, ia menangis sambil mengungkapkan isi hatinya kepada dua anggota polisi tersebut yang menemuinya.
"Kalau bisa Pak, kalau boleh ya Pak ya. Saya mewakili ibu-ibu, kami butuh makan Pak, anak kami masih kecil-kecil. Di luar, kami mati karena corona, di rumah kami mati kelaparan Pak," ungkapnya di dalam video tersebut itu.
Ya Allah, ternyata keadaan sudah sedemikian memprihatinkan. Sebelumnya memang pemerintah mengimbau semua warga untuk tinggal di rumah, sebagai cara memutus penyebaran virus Corona atau Covid-19. Namun bagaimana bila tak punya penghasilan dan tak berbekal apa apa.
Ditengah pandemi Covid-19 di Indonesia, semua warga waspada dan hati-hati. Situasi demikian mampu mengalihkan perhatian siapa saja, dan apa yang terjadi disekitarnya.
Dilansir dari situs web resmi www.covid19.go.id yang merupakan Informasi Resmi Pemerintah terkait pandemi Covid-19 yang dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI) hingga 20 April 2020 terdapat 6.760 kasus positif Covid-19, terdapat 747 pasien yang sembuh, dan 590 pasien yang meninggal di Indonesia.
Nestapa Pekerja Informal
Ketika pegawai kantoran di Jakarta mulai bekerja dari rumah akibat penyebaran virus corona, para pekerja informal masih harus terus beraktivitas di pabrik, berkeliling kota membawa antaran, dan bertemu banyak orang setiap hari.
Rentan terpapar virus corona karena tak bisa mengisolasi diri selama pandemi, kesehatan sebagian besar buruh garmen, tukang las, tukang bangunan, kurir, dan pegawai restoran itu juga tidak ditanggung pemberi kerja.
Pilihan banyak dari mereka termasuk saya sendiri kini terbatas antara bekerja keluar rumah demi tetap berpenghasilan atau mengkarantina diri dan menganggur di rumah. Banyak yang tidak memiliki rekening bank dan hanya mengandalkan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Banyak dari kami sendiri merupakan pekerja migran, yang berarti bahwa kita secara teknis adalah penduduk dari daerah yang berbeda dengan tempat kami bekerja. Imbauan untuk kerja dari rumah, seolah tidak berlaku bagi kami.