Orang-orang di Provinsi Aceh menganggap Anies Baswedan adalah sosok pemimpin ideal, baik soal kharismanya maupun soal spiritualnya, sosok seperti Anies ini menjadi idola bagi warga Aceh, indetitasnya sangat selaras dengan masyarakat Aceh, belum lagi pengaruh Ahok yang merupakan Non Muslim yang menjadi lawan politik Anies pada pilkada ditahun lalu, tentu Ahok menjadi indikator kuat masyarakat Aceh untuk menyukai Anies Baswedan.
Namun tentu itu sangat berbeda dengan daerah lain, seperti di Jawa, yang kini membuat Anies kelimpungan dalam memimpin Jakarta, Jakarta sebagai daerah metropolitan yang warganya terdiri dari berbagai etnis, budaya dan suku, yang membuat warganya tidak menjadikan soal spiritual sebagai indikator like and dislike, namun saat Pilkada ditahun 2017 silam.
Soal tersebut menjadi indikator kuat Anies Baswedan terpilih, mungkin karena masifnya kampanye yang dilakukan oleh pendukung Anies Baswedan yang membuat Ahok terjungkal dan masuk penjara, dan itu tentu akan berbeda dalam pertarungan Pilkada Jakarta mendatang, maupun Pilpres.
Setelah terpilih dan Anies Baswedan kini memimpin Jakarta, kualitas kinerjanya secara terus menerus disandingkan dengan para Gubernur sebelumnya, di Jakarta banyak warga yang kini membully kinerjanya karena dianggap tidak sebaik Ahok, belum lagi soal perbedaan kontras dalam penyelesaian masalah-masalah di Jakarta.Â
Bullying terhadap Anies Baswedan tampak jelas terlihat didunia sosial seperti twitter, belum lagi soal banjir, sampah dan semraut Jakarta akhir-akhir ini, bahkan DPRD juga ikut dalam arus kritikan tersebut, Anies Baswedan dianggap hanya cakap bertata kata, bukan betata kota.
Namun di media sosial seperti facebook, Anies Baswedan mendapat dukungan banyak dari kalangan luar Jakarta, seperti Aceh misalnya, mayoritas warganya menyukai sosok Anies Baswedan, karena dianggap sangat cocok dengan kultur Aceh, bahkan Anies Baswedan digadang-gadangkan sebagai Calon Presiden idaman ditahun 2024, pendukung Anies Baswedan ini jika ditelusuri sebenarnya adalah mayoritas para pendukung Prabowo Subianto, daerah-daerah yang mayoritasnya dimenangkan Prabowo dalam pilpres kemarin mayoritas mengagumi Anies Baswedan.
Di Aceh, Anies Baswedan adalah idola yang dikagumi, di media sosial seperti facebook, Anies Baswedan dianggap sebagai pemimpin yang sukses, Â seandainya Anies Baswedan mencalonkan diri sebagai Gubernur Aceh pada tahun 2022, maka kemungkinan menang sangat besar, mengingat Anies Baswedan hingga sekarang masih menjadi primadona di Aceh, namun jika dia mencalonkan diri kembali di Jakarta pada tahun 2022 mendatang, ia besar kemungkinan akan terkapar, apalagi jika nanti lawannya seperti Tri Risma Harini.
Jakarta tentu telah belajar, menyandingkan perbedaan kinerja dalam menata kota sekelas Jakarta, siapa yang tampak bertata kota dan siapa yang tampak betata kata, tentu itu akan membuat masyarakat lebih dewasa dalam menentukan pilihan, politik indetitas memang memberikan dampak yang negatif terhadap perkembangan sosial.Â
Jakarta di 2022 akan semakin menarik, karir seorang Anies Baswedan dipertaruhkan, jika ia maju dan kemudian kalah, maka akan menenggelamkan karirnya, jika ia tidak maju itupun akan menenggelamkan juga karirnya, tidak maju untuk kemudian menunggu pilpres tentu itu pilihan buruk, mengingat Anies Baswedan bukan pula petinggi partai politik.
Jika ia maju lalu kalah dalam Pilkada Jakarta, maka itu akan memberikan dampak lebih buruk terhadap karir seorang Anies Baswedan, satu-satunya cara untuk ia meneruskan karir politiknya, ya harus menang di 2022, agar menuju Pilpres 2024 semakin diperhitungkan. Tentu pertarungan politik 2022 di Jakarta akan sangat berbeda dengan tahun 2017 silam, yang dimana, politik indetitas memberi pengaruh cukup signifikan terhadap kemenangan Anies Baswedan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H