Mohon tunggu...
Yudi Kita
Yudi Kita Mohon Tunggu... Wiraswasta - My life is a journey

Menulis adalah jalan cerita hidup untuk mengabadikan pikiran, pengalaman dan gagasan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surat Terbuka “Bapak Presiden Perlu Direvolusi Mental”

17 Februari 2015   05:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:04 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14240994451045197457

[caption id="attachment_397426" align="aligncenter" width="640" caption="beritadkijakarta.blogspot.com"][/caption]

Yang terhormat bapak Presiden Ir. H. Joko Widodo, belum setengah tahun bapak menjabat, berbagai persoalan krusial muncul dan meresahkan masyarakat, belum lama bapak membuat masyarakat resah karena kenaikan BBM disaat minyak dunia turun, keresahan muncul akibat melambungnya harga bahan pokok, meski dikemudian hari bapak kembali menurunkan harga BBM, tapi tidak serta merta harga bahan pokok ikut turun, itu adalah konsep dagang, jangan harap barang yang sudah naik, akan mudah untuk turun.

Setelah sebelumnya beberapa keputusan bapak Presiden yang memunculkan kontroversial, saat ini masyarakat dilanda keresahan, atas kondisi dua lembaga penegakan hukum yang besar yaitu KPK dan Polri. Pertarungan dua lembaga penegakan hukum itu bermula pada saat bapak Presiden mengajukan calon kapolri tunggal ke DPR, meski sebelumnya nama calon kapolri yang bapak ajukan pernah di beri tanda merah oleh KPK pada saat bapak mengajukannya ke KPK untuk calon kabinet menteri. Tapi bapak Presiden terhomat se akan akan menutup mata tentang tanda merah itu dan lagi lagi bapak kembali mengajukannya ke DPR tanpa melalui penelusuran KPK, karena bapak pasti tau, jika kembali melalui proses KPK, KPK pasti akan kembali menolak nama tersebut.

Akibat dari pengabaian tanda merah itu, bapak mengajukan Budi Gunawan sebagai calon kapolri tunggal, tidak lama dari itu, KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka dengan sangkaan gratifikasi dan bapak presiden yang terhormat kini kena getahnya. Bukan hanya itu, dua institusi besar penegakan hukum kembali memanas untuk keempat kalinya, setelah sebelumnya pernah beberapa kali terjadi.

Bapak Presiden terhormat

Entah penyakit apa yang merasuki bapak saat ini, bapak tiba tiba berubah drastis, dari seorang yang serba cepat kini jadi serba lambat, dari seorang yang tegas, kini jadi serba lemot, maaf bapak Presiden, saya tidak melihat bapak tegas sebagai Presiden selama bapak menjabat. Sampai saat ini juga saya bingung dengan Visi Revolusi Mental yang bapak gadang gadang ketika kampanye pilpres tahun lalu, bahkan pada saat itu, akibat dari visi bapak, masyarakat kembali memiliki harapan baru terhadap perubahan di negeri yang kita cintai, tapi melihat itu sekarang entah mengapa, rasa pesimis itu bukan saja muncul karena akibat kegalauan saya sebagai anak muda, tapi rasa pesimis itu benar benar muncul akibat selama bapak menjadi presiden, banyak persoalan dan keputusan yang sangat mengecewakan kami sebagai masyarakat kecil.

Bapak Presiden yang terhormat, ketika saya memilih untuk menjadi bagian dari relawan pemenangan bapak, satu diantara banyak hal yang bapak lakukan adalah karena bapak sebagai calon presiden pada saat itu datang langsung ke gedung KPK dan juga berjanji bahwa akan memperkuatkan lembaga KPK, bukan hanya sekali bapak mengutarakan tujuan untuk memperkuat lembaga KPK, tapi berkali kali. Kesederhanaan yang bapak tampilkan pada masa itu dan gaya kepemimpinan yang bapak tunjukkan selama itu telah serta merta meyakinkan saya bahwa bapak dapat menjadi harapan baru bagi negeri ini yang sedang dilanda dehidrasi moral. Bahkan saya mengagumi gaya gaya kepemimpinan bapak, bukan hanya saya, bahkan ada ribuan mungkin jutaan masyarakat Indonesia pada saat itu rela bekorban demi membawa bapak menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Tapi baru beberapa bulan bapak menjabat, sepertinya penyakit burung tujuh merasuki gaya kepemimpinan bapak, entah apa yang menyebabkan bapak semakin berbeda, entah karena lingkaran bapak, entah karena intervensi dan tekanan partai pedukung bapak, entah,,, entah lah...

Bapak presiden yang terhormat, saat ini bapak bukan hanya saja menghapuskan harapan yang telah bapak janjikan, tapi bapak telah membunuh harapan masyarakat pada bapak, membunuhnya wahai bapak presiden, perilaku bapak selama menjabat presiden tidak mencerminkan seorang Jokowi yang kami kenal sebelumnya. Sosok yang kami kenal, Jokowi tegas, cepat, sederhana. Itu tidak kami lihat dari seorang Jokowi selama menjabat sebagai Presiden, apakah euforia dan harapan yang bapak berikan telah berakhir usai bapak dilantik.

Bapak presiden yang saya hormati, sepertinya visi revolusi mental yang bapak gadang gadangkan selama kampanye pilpres itu perlu bapak pikirkan lagi terlebih dahulu, siapa yang sebenarnya perlu direvolusi mental, jangan jangan malah bapak sendiri yang perlu direvolusi mental, maaf pak presiden atas pemikiran saya ini, mungkin telah melecehkan bapak sebagai presiden, saya juga tidak mau hanya karena keresahan saya ini terhadap kondisi negara akibat dari tidak adanya ketegasan dan kesigapan dari seorang presiden menyebabkan saya akhirnya terpaksa harus mengeluarkan unek unek meski terlihat berlebihan dan lebai, tapi ini adalah tulus suara dari hati nurani saya tanpa adanya intervensi, terutama intervensi ibu saya, apalagi intervensi teman teman saya.

Jika kemudian saya harus dituntut karena sangkaan pelecehan terhadap bapak presiden yang terhormat, apalagi selama ini sedang trend dengan lapor melapor seperti Mantan Menkumham Denny Indrayana yang dilaporkan oleh Budi Gunawan hanya karena ia mengkritik Budi Gunawan dengan kata "Jurus Mabuk", itu tidak apa apa, mudah mudahan jika saudara Denny Indrayana ditetapkan sebagai tersangka, maka sekarang ada solusinya yaitu mengajukan Praperadilan. Tentu saya tidak berharap bapak presiden melaporkan saya dengan sangkaan pelecehan, karena jika saya ditetapkan sebagai tersangka lalu saya mengajukan praperadilan dan hakim mengabulkan, tentunya bapak pasti malu.

Bapak presiden yang terhormat, kita kembali tentang kondisi lembaga KPK, sebagai lembaga yang saat ini paling dipercaya oleh masyarakat, sebagaimana yang pernah bapak janjikan, bahwa bapak akan memperkuat KPK bahkan bapak berjanji akan memperbanyak anggaran dan sumber daya manusia KPK, apakah kami harus percaya pada saat ini atau tidak, tapi melihat fakta yang sedang terjadi saat ini, sulit untuk kami percaya pada janji yang pernah bapak umbarkan. Disaat KPK sedang dikriminalisasi dan disaat masyarakat bersuara mendesak bapak untuk segera menyelamatkan KPK, bapak malah diam dan melakukan konferensi pers dengan nada cengar cengir, tanpa ada sebuah keputusan pasti, akibat dari ketidaktegasan bapak, maka kriminalisasi KPK semakin menjadi jadi, bahkan para karyawan KPK ikut kena imbasnya.

Apakah ini yang bapak sebut memperkuat KPK, atau memang bapak tidak lagi tahu, mana suara masyarakat, mana suara pejabat dan mana suara partai. Sehingga bapak lebih sering mendengar suara ibunda ratu yang mulia, bapak mungkin takut jika ibu ratu ngambek, bahkan ngambeknya rakyat tidak seberapa dibandingkan dengan ngambeknya ibu ratu, sehingga bagi bapak, ibu ratu adalah segalanya. Atau bapak kini terlalu takut untuk dilengserkan dari kursi mewah itu jika membangkang dari ibu ratu, sebegitu takutnya kah bapak sampai sampai tidak lagi mendengar suara keresahan masyarakat akibat dari tidak adanya ketegasan bapak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun