Istilah New Normal mulai terdengar di berbagai media untuk mempersiapkan tahapan berikutnya dari masa pandemi Covid19 ini. Seperti pernah diberitakan oleh Kompas.com pada tanggal 16 Mei 2020, istilah new normal ini, menurut Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19 Wiku Adisasmita merupakan perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid19.Â
Konon Kementrian Koordinator Perekonomian sudah menetapkan awal pelaksanaan mulai 1 Juni 2020 dengan boleh beroperasinya beberapa industri dan jasa bisnis ke bisnis (B2B) dengan tetap melakukan social distancing, persyaratan kesehatan, jaga jarak serta penggunaan masker.
Di masa lalu, berdasarkan teori Green et.al (1999), kesehatan individu dan seseorang dipengaruhi oleh faktor perilaku dan non-perilaku. Kondisi di masa pandemi sekarang ini telah memaksa sebagian besar individu melakukan perubahan, terutama dalam dalam perubahan hidup bersih dan sehat, dan ini terlihat pada aktivitas cuci tangan yang lebih dari biasanya dan penggunaan masker.Â
Meskipun dari data Kementrian Kesehatan terkait penurunan kasus covid19 ini belum terlihat, namun dalam aspek pengetahuan masyarakat sudah terlihat lebih sadar arti pentingnya kebersihan dan kesehatan. Tentu perlu dilakukan penelitian kembali terkait korelasi antara perilaku hidup bersih selama masa pandemi dengan penurunan kasus penyakit lainnya, tidak hanya covid19.Â
Membayangkan kehidupan new normal ini, seperti hidup yang dibayangi oleh virus tak terlihat di lingkungan sekitar yang siap berbuat jahat bila seseorang melakukan kesalahan. Di sarana kesehatan seperti rumah sakit, tempat berkumpulnya orang-orang sakit yang sedang menjalani terapi pengobatan, di masa lalu masih tidak ada kekhawatiran karena prosedur standar sudah dijalankan.Â
Namun di masa pandemi ini, tidak hanya masyarakat yang khawatir ketika akan berobat di rumah sakit yang menerima pasien covid19, namun juga tenaga medis dan tenaga kesehatannya juga khawatir dan takut. Kekhawatiran dan ketakutan ini dipastikan akan terus berlangsung lama, apalagi Badan Kesehatan Dunia WHO juga memastikan bahwa virus SARS-CoV2 ini tidak akan hilang.Â
Pola yang ada sekarang, setiap rumah sakit telah memberikan tempat khusus bagi penanganan kasus covid19 disertai lengkap dengan tenaga medis dan tenaga kesehatan yang menangani serta prosedur penanganannya. Ini berarti di kehidupan new normal nanti perlu dipikirkan nasib penderita lainnya supaya merasa lebih aman dan tidak khawatir lagi ketika berobat. Pemulihan terhadap rasa khawatir dan takut ini tidak akan semudah membalikkan telapak tangan karena masyarakat telah menerima begitu banyak informasi selama masa pandemi ini.Â
Semoga saja Indonesia masih bisa bangkit, berdamai dengan kenyataan dan hidup dengan normal baik itu dalam kontek kesehatan maupun ekonomi. Terlepas dari berbagai pendapat yang ada selama ini, cacian dan makian selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar, semua ingin beraktivitas tanpa ada rasa khawatir dan takut. Alangkah idealnya bila semua bisa satu kata. Namun ketidaksempurna juga bisa terjadi bahkan pada pemimpin-pemimpin kelas dunia, sehingga kritik saran dan masukan terus diperlukan. Selamat menantikan hidup normal yang baru untuk semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H