Mohon tunggu...
Yudi Hardi Susilo
Yudi Hardi Susilo Mohon Tunggu... Apoteker - Master of Clinical Pharmacy

Pernah belajar tentang obat dan racun

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kentalnya Nuansa Indonesia di Masjid-masjid Kota Bangkok

22 Agustus 2017   17:24 Diperbarui: 23 Agustus 2017   03:29 6253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi umat islam ketika berkunjung ke Bangkok Thailand tentu harus mengetahui sebelumnya bahwa negeri Gajah Putih itu mempunyai penduduk dengan mayoritas beragama Budha sehingga untuk menemukan masjid tentu tidak semudah seperti di Indonesia. 

Namun tentu tidak perlu khawatir, meskipun sekitar 90% penduduknya beragama Budha, dari petualangan saya, paling tidak ada lebih dari lima masjid yang melaksanakan ibadah jumat lengkap dengan khotbahnya. 

Dari masjid-masjid yang ada di Kota Bangkok itu, ada beberapa masjid yang bernuansa Indonesia, paling tidak bagi orang Indonesia akan merasa seperti berada di tanah air saja, meskipun hanya berupa bagian-bagian kecil kegiatan atau struktur bangunannya saja.

1. Masjid Darul Aman

Alamat lengkap Masjid Darul Aman ini bisa dengan mudah kita temukan di Google Search bahkan transportasi menuju kesana juga sudah bisa diakses dengan Google Map. 

Sebenarnya dari pinggir jalan Phetchaburi, Masjid Darul Aman sudah bisa terlihat namun karena jalan ini panjang, orang lebih mengenal Masjid ini dikawasan Ratchathewi. Dari Kantor Kedutaan Republik Indonesia naik ojek cuma 30 bath sudah sampai bahkan sebenarnya bisa ditempuh dengan jalan kaki saja. 

dok.pribadi
dok.pribadi
Masjid Darul Aman merupakan masjid pertama saya untuk melaksanakan sholat Jumat disana berdasarkan rekomendasi dari mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di Bangkok. Ternyata memang benar banyak orang Indonesia yang juga menunaikan sholat di masjid tersebut dan ketika memasuki khotbah ternyata menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Thai dan bahasa Indonesia dengan sedikit logat Melayu. 

Jamaah masjid di sini seperti kumpulan penduduk di seluruh dunia, namun dari penelusuran saya berkenalan dan mengobrol ternyata banyak juga orang Jawa, seperti perantau dari Blitar, mahasiswa dari Purwokerto dan masih banyak lagi. Lingkungan di sekitar Masjid ini juga sudah banyak bermunculan warung-warung halal dan rasa khas Indonesia.

2. Masjid Indonesia (Indonesia Mosque )

Untuk menemukan masjid ini sebenarnya mudah karena sudah ada plang papan nama yang menunjukkan arah menuju kesana. Alamatnya di daerah Krung Thep, dekat dengan stasiun kereta Ploenchit dan ternyata dekat dengan Kedutaan Besar Amerika serta Lumphini Park. 

Sayangnya jalan menuju ke masjid ini harus melewati jalan yang agak kecil dan beberapa warung yang kurang  bersih dan waktu tiba disana belum waktu sholat sehingga masih terkunci. Meski cuma bisa sampai di depan pintu masjid saja namun cukup puas sudah menemukan masjid dengan nama Indonesia.

dok.pribadi
dok.pribadi
3. Masjid Jawa (Jawa Mosque )

Dari namanya Jawa Mosque, awalnya saya pikir khotbahnya bakal disampaikan dengan bahasa Jawa atau paling tidak menggunakan bahasa Indonesia, namun ternyata tidak, seluruh pengantar tatacara ibadah jumat disampaikan dengan bahasa Thai sehingga hanya ayat-ayat Al-Qur'an sajalah yang bisa dimengerti oleh jamaah seperti saya. 

Hal yang menarik ketika sampai di halaman masjid banyak tersedia makanan yang terhampar. Saya pikir ada orang yang jualan ternyata makanan itu merupakan sumbangan dari warga sekitar dan dikonsumsi oleh jamaah setelah sholat jumat. Sebagian penyumbang ada yang minta didoakan oleh jamaah agar dimudahkan rezekinya.

dok.pribadi
dok.pribadi
Yang menarik adalah sejarah dari Jawa Mosque ini, seperti terlihat pada papan di depan masjid dengan tulisan Thai dan bahasa Inggris dibawahnya yang berbunyi : 

" In the reign of King Mongkut (King Rama IV) of Rattanakosin Kingdom, there were Javanese from Java Island (now is a part of Indonesia) been travelling to trade and some settle in Thailand. Some Javanese had expanded and lived in old ice factory alley, Kokkrabue subdistrict, Bangkrak distric, south Sathorn canal (now it is Yanawa subdistrict, Sathorn district). Later in the reign of King Chulalongkorn (King Rama V), he considered to hire Javanese to garden the Grand Palace and government buildings. The Javanese then arrived and immigrated increasingly. 

They agreed to establish a mosque as center for Javanese setters and workers in that periode. In B.C. 1945, Hj Muhammad soleh bin Hasan, a Javanese trader had donated his land which included 12 wa at western, 14 wa at eastem and 12 wa at northem (556 square meters) to build a mosque, Its architecture is Semarang central Jawa style, the bulding is a single storey with a roof layers. Jawa Mosque had been established with the cooperation of Javanese and Muslims in the community. There was Hj Muhammad Soleh bin Hasan appointed as the first Imam. Later, the mosque was registered as the fourth Mosque on November.

dok.pribadi
dok.pribadi
Masjid Jawa ini memang menarik untuk didatangi, karena disana ada juga bedug seperti bedug-bedug di Jawa tengah yang terbuat dari kulit binatang. Sewaktu mengikuti ibadah jumat disana, meski terdengar tidak begitu jelas karena menggunakan bahasa Thai namun pengurus masjid mengumumkan perihal partisipasi Kedutaan Indonesia untuk melaksanakan kegiatan di masjid tersebut. 

Semoga info ini bermanfaat bagi yang mau traveling ke Bangkok, kalau bisa mampir dan sumbang juga masjid di sana :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun