Mohon tunggu...
Yudi Hardi Susilo
Yudi Hardi Susilo Mohon Tunggu... Apoteker - Master of Clinical Pharmacy

Pernah belajar tentang obat dan racun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sayap Kecil Darimu

28 Desember 2016   19:02 Diperbarui: 28 Desember 2016   19:19 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angin berhembus menembus dinding kamarku yang terbuat dari bambu. 

Lamunanku tentang cita-cita kuliah di luar negeri buyar, suara emak memanggil dengan nada yang semakin tinggi, rupanya sudah beberapa kali panggilan.

"Sebentar, Mak. Nuni segera kesana." Aku setengah berlari menghampiri emak yang sedang menuangkan air panas ke dalam empat gelas yang biasanya diperuntukkan bila ada tamu.

"Nun, tolong bawakan minuman ini ke ruang tamu ya. Ada kawan akrab Bapakmu dari kecil, baru datang dari luar negeri. Anaknya dulu sering main denganmu waktu kecil. Inget si gendut, Ardi gak? Coba sana temui,"kata Emak dengan semangat setengah memaksa aku menemui Ardi.

Ardi. Ya. Ardi. Sambil membawa minuman teh panas yang dibuat Emak, aku bayangkan sosok Ardi yang gendut, hitam karena sering main layang-layang dan baju kumal setelah berlari-lari bekejaran di halaman. Ya ingatanku tentang Ardi dahulu kala masih jelas karena memang dia teman bermainku saat kecil.

"Hai Nuni, apa kabar?". Aku terkejut pemuda yang menyapaku barusan suaranya tak asing. Tapi perawakan dan penampilannya begitu berbeda.

"Ardi??"tanyaku dengan sekenanya menebak. Aku pun melirik Bapak seolah minta persetujuan. Bapak pun memberi isyarat setuju dan meminta aku ikut dalam perbincangan di ruang tamu malam itu.

Hari ini, 2 tahun setelah pertemuan itu. 

Aku baru mendarat di Bandara Internasional Don Mueang, Bangkok, Thailand. Hati sudah tidak sabar untuk menembus kerumunan orang-orang di depan. Tekad bulat yang telah tertanam begitu kuat untuk menaklukkan tetesan ilmu di kota yang tak pernah mati ini. 

"Nunii, aku disiniii."

Ahh rupanya Ardi telah menungguku.

Melihat Ardi aku begitu semangat. Bergegas aku hampiri pria yang telah memberiku sayap kecil hingga aku bisa menggapai cita-citaku.

Aku kini telah siap menggapai gelar Doktoral di Universitas paling bergengsi di Bangkok. Proposal disertasiku telah menjadi rebutan para profesor dan kini berkat sayap kecil darimu, aku akan terbang lebih tinggi agar bisa melihat lebih luas.

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun