Selanjutnya, selain dengan keyakinan kelas sebagai salah satu penanaman nilai-nilai positif di dalam kelas, untuk menciptakan budaya positif di sekolah guru pun harus bisa berperan sebagai manajer. Guru harus mampu menjalankan kontrol kelasnya. Guru menjadikan posisi sebagai pengontrol dari keberlangsungan terciptanya lingkungan kelas yang memberikan kenyamanan kepada seluruh murid tanpa dibeda-bedakan.Â
Guru memberikan perlakuan yang sama baik kepada laki-laki kepada perempuan, kepada yang memili ke kemampuan yang lebih dari temannya ataupun murid-murid yang memiliki keterbatasan baik dari segi fisikÂ
dari segi kemampuan tetap diberlakukan sama. Mereka memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan prima dari gurunya. Guru bisa menjadi teman berbagi pengetahuan dan pengalaman bagi murid-muridnya.Â
Di sana guru tidak lagi menjadi pusat pengetahuan dan pembelajaran Tapi semua warga yang berada di dalam kelas tersebut, baik itu murid ataupun guru menjadi sumber pembelajaran dan menjadi subjek pengetahuan.Â
Dengan manajerial guru, pembelajaran tidak lagi terpusat kepada guru akan tetapi muridlah yang menjadi pusat pembelajaran tersebut. Murid menjadi sumber pembelajaran. Murid menjadi sumber pengalaman. Murid menjadi sumber pengetahuan bagi seluruh warga kelas.
Selain itu, dalam Modul Budaya positif juga guru harus mampu mengambil sebuah siasat dalam Menindaklanjuti terhadap apa-apa yang terjadi pada murid. Murid yang melakukan kesalahan seperti mencontek, bolos sekolah, mengobrol Atau kesalahan-kesalahan lainnya maka guru menjalankan restitusi dan ketika misalkan Murid memiliki sebuah permasalahan atau sesuatu hal yangÂ
harus ada solusi atau harus ada keputusan maka guru mampu memerankan dirinya sebagai coach bagi mereka. Guru mampu menggali potensi-potensi kekuatan-kekuatan yang ada dalam murid itu sendiri.Â
Dengan beberapa pertanyaan reflektif guru mampu menggali apa yang menjadi potensi murid tersebut, sehingga dengan potensi murid tersebut murid dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa harus diberikan arahanÂ
untuk menyelesaikannya ataupun tidak mencontoh terhadap pengalaman-pengalaman gurunya. Murid menyelesaikan masalah dengan kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh mereka sendiri danÂ
guru hanya mampu dan berusaha untuk melejitkan setiap potensi yang dimiliki oleh murid-muridnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H