Mohon tunggu...
Yudi Hamdan Dardiri
Yudi Hamdan Dardiri Mohon Tunggu... Guru - Matematika

SMPN 2 Talaga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Eksplorasi Konsep TIRTA sebagai Model Coaching

13 Agustus 2021   21:23 Diperbarui: 13 Agustus 2021   23:48 11170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Model TIRTA sebagai salah satu model yang digunakan dalam pengaplikasian proses coaching.  DI aktivitas ini calon guru penggerak diberi akses untuk memahami salah satu model coaching yaitu model TIRTA. Dalam memahami aktivitas konsep TIRTA calon guru penggerak  dituntut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif.

1. Dari semua langkah dalam model TIRTA, langkah manakah yang menurut Anda paling menantang? Mengapa?

Saya berpendapat bahwa langkah yang paling menantang dalam model TIRTA adalah Rencana Aksi. Rencana Aksi merupakan akumulasi dari tujuan dan identifikasi. Rencana Aksi juga menjadi patokan, komitmen atau tanggung jawab apa yang akan disepakati dan dijalankan secara kontinyu. 

Di Aksi nyata kita membutuhkan energi yang lebih, mengerahkan segala strategi dan pendekatan untuk mencaoai tujuan umum yang telah disusun. Berbagai cara dilakukan dalam aksi nyata terkadang kita pun mencari alternatif lain untuk menjalankan sebuah aksi nyata dengan menyertakan berbagai kemungkinan yang bakal terjadi. 

Di Aksi nyata lah kemampuan kita dalam melakukan proses coaching sangat dibutuhkan. Bagaimana kita kelihayan kita, potensi dan keterampilan kita dikerahkan untuk menggali potensi coachee dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. 

Di aksi nyata kepiawayan seorang coach terlihat bagaimana coach mampu merefleksi cochee untuk dapat mengerahkan potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah coachee sendiri bukan diberikan solusi atau berbagi pengalaman.

2. Kendala apakah yang mungkin akan Anda hadapi ketika Anda menggunakan langkah-langkah     dalam model TIRTA ketika berupaya melakukan sesi coaching dengan murid Anda di sekolah? 

  • Tujuan umum tidak secara menyeluruh dipahami baik oleh coach maupun oleh coachee
  • Ketertutupan seorang coachee menjadi batu sandungan yang menghambat berlansungnya proses coaching. bahkan kepasifan murid dalam berkomunikasi menjadi hambatan tersendiri bagi guru sebagai coach walaupun berbagai usaha dilakukan tetap saja tak beubah.
  • Walaupun tujuan umum telah disusun dengan begitu jelasnya atau identifikasi masalah telah mengena terkadang aksi nyata suka tidak sesuai harapan dan target. karena tidak terjalinya kerja sama optimal antara coach dan coachee
  • Terkadang tanggung jawab yang seharusnya dipegang sebagai komitmen bersama antara guru sebagai coach dan murid sebagai coachee dilanggar dan tidak dilakukan oleh salah satu aspek baik coach maupun coachee.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun