Mohon tunggu...
Yudi Hamdan Dardiri
Yudi Hamdan Dardiri Mohon Tunggu... Guru - Matematika

SMPN 2 Talaga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Kompetensi Sosial dan Emosional (Mulai dari Diri)

22 Juli 2021   19:48 Diperbarui: 22 Juli 2021   20:51 5622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya anak tersebut korban perceraian. Anak tersebut mencari ketenangan dengan bergaul dengan teman yang sudah tidak bersekolah dan akhirnya  masuk dan terbawa ke anak PUNK. Bahkan ketika home visit pun anak tersebut sudah beberapa hari tidak pulang. 

Di sana hanya ada ibunya. Dan dia pun tidak tahu kemana anaknya. Dia hanya mengira anaknya pergi ke bapaknya yang berbeda desa. Ketika ditanyakan ke teman-teman yang satu wilayah. Katanya tidak ikut ke bapaknya. Tetapi suka kelihatan bareng bersama anak PUNK.

b. Apa yang Anda rasakan? Apa yang Anda katakan dan lakukan?

Saya sangat kaget dan kasihan. Bagaimana masa depannya jika anak perempuan sudah masuk ke dunia anak PUNK yang sudah banyak berita negative tentang PUNK. Anak harus selalu menjadi korban ketika orang tuanya bercerai. Saling melempar kewajiban, saling tidak mau bertanggung jawab dan akhirnya anak mencari perhatiaan dari yang lain. 

Saya katakan pada Ibunya bahwa anaknya sudah beberapa hari tidak sekolah. Pihak sekolah merasa khawatir jika anak sakit atau ada apa-apa. Ibunya hanya berkata oh ya nanti jika pulang saya suruh sekolah. tak terlihat kehawatiran dan kecemasan dari raut muka. Malah tenang-tenang saja. Selain mengunjungi ke rumahnya. Saya pun meminta bantuan pada teman-teman yang rumahnya dekat jika bertemu dengan dia untuk memintanya ke sekolah.

c. Apakah yang Anda lakukan efektif? Jika "Ya", berikan alasan untuk jawaban Anda. Jika belum, apa yang ingin Anda perbaiki atau tingkatkan

Minggu besok nya dia ke sekolah beberapa hari. Tetapi sangat disayangkan pandemic pada saat itu menyebar kembali dan akhir sekolah harus daring lagi. Sehingga pembelajaran tatap muka harus dihentikan. Dari beberapa minggu selama pembelajaran secara daring anak tersebut tidak pernah hadir dan tugasnya tidak masuk satu pun. Saat kami berkunjung kembali ke rumahnya untuk menanyakan kehadiran dan tugas-tugas yang tidak masuk. Ketika berkunjung sekitar jam 10 lebih. Ibunya bilang bahwa dia baru pulang dan di jam tersebut sedang tidur. Ibunya malah bilang sekarang mah terserah sekolah kalau mau dikeluarkan silahkan saja dan ibunya pun sudah cape ngurusnya mau disuruh kerja saja. Sekolah bersikeras untuk tetap mempertahankan supaya dia tamat dari SMP dan mendapatkan Izasah. Sekolah siap membantu kasihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun