Mohon tunggu...
Yudi Hamdan Dardiri
Yudi Hamdan Dardiri Mohon Tunggu... Guru - Matematika

SMPN 2 Talaga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Kompetensi Sosial dan Emosional (Mulai dari Diri)

22 Juli 2021   19:48 Diperbarui: 22 Juli 2021   20:51 5622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya berkata "Ibu maaf anak itu tidak ada yang bodoh, maaf bukan saya menggurui ibu. Allah menciptakan setiap anak dengan kelebihannya dan sempurna sama dengan anak-anak yang lain. Kita sebagai orang tua tidak boleh mengatakan hal-hal negative kepada anak kita. Karena itu menjadi doa dan akan terbentuk bagi mereka. 

Kami pihak sekolah hanya mau berusaha untuk membantu. Mari kita sedikit demi sedikit sama-sama kita rubah anak ibu. Bu, anak di sekolah itu hanya sebentar yang paling lama, apalagi kalau libur kami sekolah tidak dapat mengetahui perkembangan setiap anak didik. 

Yang paling lama dan yang bisa merubah adalah di lingkungan rumah, ibu, bapak kakak dan semua yang ada di rumah yang hidup bersama dia". walaupun dengan berbagai kata dan usaha yang dilakukan untuk mengubah pemikiran orang tuanya tetap tak bergeming. Pantas anak melakukan hal tersebut karena bisa jadi itu diakibatkan pola pendidikan dan pola asuh orang tua yang selalu memposisikan mereka seperti begitu. Sehingga anak tidak mau berubah untuk mengikuti kehidupan seperti layaknya seusianya. Pada akhirnya anak merasa nyaman dengan perlakuan orang tuannya.

Di perjalanan kami mengobrol untuk setidaknya kita harus berusaha mengubah anak tersebut. Jangan menyerah sebelum segala usaha dikerahkan. Di saat itulah emosi dan peran social seorang guru harus dimainkan. Kita berpikir jika dibiarkan kasihan terhadap anak tersebut. Jika tersu dibiarkan akan berimbas terhadap orang tuanya sendiri. Mungkin mereka belum mengerti  sehingga hanya berpikir yang penting anak anteng.

c. Apakah yang Anda lakukan efektif? Misalnya, apakah membuat Anda merasa lebih bahagia, hubungan Anda dengan orang lain lebih baik, atau dampak positif lainnya. Jika "Ya", jelaskan jawaban Anda. Jika belum, apa yang terjadi? Apa yang ingin Anda perbaiki atau tingkatkan?

Beberapa hari kemudian saya harus masuk lagi ke kelas tersebut. Saya sudah mempersiapkan beberapa gambar bilangan yang akan menstimulus anak tersebut untuk menyebutkan angka berapa tersebut. Seperti biasanya ketika disela-sela teman-teman yang lain mengerjakan soal-soal untuk mendalami materi yang sudah dibahas. Saya coba mendekatinya dan terus mengajak mengobrol walaupun tidak pernah dijawab hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah beberapa lama akhirnya ada kata juga terucap walaupun hanya beberapa kata. Ini percakapan yang berlangsung. Saya samarkan namanya.

Saya bertanya "Ade, punya kakak?. 

Dia menjawab "ya".  

Hati bahagia selama ini tidak pernah anak satu kata pun yang terucap akhirnya berkata juga. Terus saya lanjutnya dengan pertanyaan selanjutnya.

"kakak berapa De" Tanya saya.

"Satu" Jawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun