Yudi Hamdan DardiriÂ
SMP Negeri 2 Talaga
CGP Angkatan 2 Kabupaten Majalengka
Â
A. Pembelajaran Berdiferensiasi
Di modul 2.1 memenuhi Kebutuhan Belajar Peserta didik Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Modul ini banyak merubah pemikiran setiap pembelajar. Modul ini mengajarkan konsep bagaimana cara mengajar yang baik. Pembelajaran yang dapat mengakomodir perbedaan peserta didik. Peserta diberikan hak-hak yang sama sesuai dengan kodrat yang dimilikinya tanpa ada unsur pemaksaan. Fislosofi pemikiran Ki hajar dewantara tentang konsep menghamba dan menuntun serta mengarahkan peserta didik menuju kebahagian dan kemerdekaan dalam belajar diperkuat dengan dengan modul materi modul ini. Pembelajaran yang selama ini hanya berpusat pada inteltualitas. Pembelajaran yang mengangggap bahwa keberhasilan hanya ditinjau dari suksesnya akademik seorang peserta didik atau Penguasaan terhadap materi dan keterampilan adalah fokus pembelajaran.
Pembelajaran yang selama ini menganggap perbedaan peserta didik sebagai rongrongan dan ancaman bagi keberhasilan pembelajaran. Â Kini telah berputar terbalik dan terbantahkan justeru pembelajaran yang seharusnya adalah pembelajaran yang didasarkan pada asesmen dan kebutuhan belajar bukan penilaian intelektual semata akan tetapi lebih mengakui adanya kecerdasan majemuk. Pembelajaran yang didasarkan pada asesmen dan kebutuhan belajar. Peserta didik belajar dengan teman sebaya yang sama atau berbeda kemampuan sesuai dengan kekuatan dan minatnya. Tidak lagi menggangap perbedaan sebagai ancaman tetapi Perbedaan peserta didik disikapi sebagai dasar perencanaan. Peserta didik dilibatkan sebagai bagian dari perencana tercapainya tujuan.
Perubahan positif Pemikiran dan tindakan seorang guru tersebut mengarah terhadap proses pembelajaran yang selalu memperhatikan kekuatan dan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran yang mengharuskan guru mencurahkan segala kemampuan, tindakan dan  pemikirannya demi kebutuhan peserta didik itulah yang dimaksud pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi  mendorong guru untuk tidak melihat dari satu perspektif. Guru harus menyesuaikan dengan minat, kesiapan dan profil belajar supaya tercapainya keberhasilan pembelajaran.
Guru tersadarkan akan pentingnya perubahan dari mulai perencanaan, pelaksanaan, penilaian, refleksi dan tindak lanjut yang diselaraskan dengan kebutuhan belajar peserta didik. Ketika seorang guru peduli dan responsive terhadap kebutuhan belajar peserta didik. Berarti ia sedang mendiferensiasi pembelajaran supaya mendapatkan hasil yang maksimal. Tomlinson membagi Kebutuhan belajar peserta didik menjadi tiga preferensi yaitu :
1. Minat belajar peserta didik
Peserta didik akan merasa dihargai dan diakui Eksistensinya jika keragaman dan keunikan minat mereka selalu diperhatikan. Kebermaknaan pembelajaran akan lebih terasa dan teresapi oleh peserta didik jika proses pembelajaran yang dilakukan direlevansikan dengan minat mereka. Motivasi belajar mereka akan muncul dan meningkat ketika minat mereka selalu diperhatian dan dijadikan dasar dalam pembelajaran. Maka penting bagi seorang guru sebagai meneger mengelola kelas, menyediakan meja-meja atau area minat yang akan diakses dan digunakan saat mereka belajar. Pencapaian pengetahuan dan keterampilan sama dengan cara yang berbeda yang disesuaikan dengan minat mereka.
Sebagai contoh pembelajaran yang memperhatikan minat. Dari hasil pemetaan kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan minat di kelas 7A terdapat tiga kesukaan pelajaran yang paling mereka minati yaitu olah raga, prakarya dan sains. Ketika seorang akan mengajarkan materi menghitung keliling dan luas bangun persegi panjang maka pendidik akan meminta produk yang berbeda yang diseuaikan dengan minat mereka yaitu
- Peserta didik yang memiliki minat terhadap Olah Raga guru akan meminta mereka Menghitung luas dan keliling lapangan voli yang ada di sekolah dengan langsung berada di lapangan Bolla volley dengan menggunakan meteran.
- Peserta didik yang memiliki minat terhadap Prakarya maka guru akan meminta mereka untuk Menghitung keliling dan luas benda-benda kerajinan anak-anak/hasil kreasi teman yang berbentuk persegi panjang dan berada di kelas seperti Taplak meja,
- Peserta didik yang memiliki minat terhadap Sains maka guru akan meminta mereka untuk Menghitung kelling dan luas bangun yang berada di kelas yang berbentuk persegi panjang.
2. Kesiapan belajar peserta didik
Kesiapan menjadi hal yang krusial dalam pembelajaran berdiferensiasi. Kesiapan belajar menjadi dasar yang kuat bagi guru untuk membuat sebuah perencanaan level materi apa yang cocok bagi mereka, tindakan yang bagiamana yang akan dilakukan dan assement seperti apa yang akan diberikan. Kesiapan ini membantu guru untuk mengkreasi keterampilan seperti apa yang disesuaikan dengan level mereka. Cara yang dilakukan guru untuk mengetahui tingkat kesiapan mereka bisa dengan bertanya atau memberikan test awal terkait materi yang akan disampaikan.
Contoh pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan kesiapan belajar adalah seorang guru akan mengajarkan matematika konsep Menyajikan data dan menghitung rata-rata hitung/mean. Guru menemukan tiga peta kesiapan belajar peserta didik sebagai berikut:
- Kelompok kesatu, Peserta didik yang Telah Memahami cara menyajikan data dengan berbagai penyajian dan memahami konsep menghitung rata-rata (mean).
- Kelompok kedua, Peserta didik yang hanya bisa sebagian cara menyajikan data dan belum begitu mamahami konsep perkalian dalam menghitung mean.
- Kelompok ketiga, peserta didik yang Belum mampu menyajikan data dan belum bisa mengkalikan serta membagi.
Salah satu alternative yang dapat dilakukan sebagai solusi untuk mengakomodir ketiga kelompok tersebut, guru dapat melakukan proses yang berbeda disesuaikan dengan tingkat kesiapan belajar mereka. Adapun proses yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut:
- Untuk kelompok kesatu, Peserta didik diminta menyelesaikan soal-soal tantangan menyajikan data dan yang mengaplikasikan konsep Mean dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik akan diminta untuk bekerja secara mandiri dan saling memeriksa pekerjaan masing-masing.
- Untuk kelompok kedua, Peserta didik mendalami sendiri bagaimana menyajikan data dan menggunakan konsep penjumlahan dan pembagian untuk menghitung rata-rata hitung/mean. Jika mengalami kesulitan, peserta didik diminta menanyakan kepada bererapa teman di yang dianggap lebih menguasai sebelum bertanya langsung pada guru. Guru akan sesekali datang ke kelompok ini untuk memastikan tidak ada miskonsepsi.
- Untuk kelompok ketiga, Peserta didik akan mendapatkan pembelajaran eksplisit tentang konsep keliling. Guru akan memberikan scaffolding dalam proses ini.
3. Profil Belajar Peserta Didik
Aspek ini terkait informasi secara secara individual dari pengetahuan yang dimiliki, tingkat pemahaman konsep, kemampuan awal, kesalahan pemahaman suatu konsep, gaya belajar, perkembangan kapasitas kognitif, sikap, fisik, serta factor-faktor yang mempengaruhi anak dalam belajar.
Profil belajar peserta didik dijadikan sebagai dasar dalam membuat sebuah perencanaan, pemantauan peningkatan kemajuan hasil belajar, catatan perubahan dari sebelumnya dan rencana tindak lanjut yang akan digunakan.
Sebagai contoh seorang guru akan mengajarkan materi himpunan di kelas VII semester 1. Dari hasil pemetaan kebutuhan belajar peserta didik ditinjau dari profil belajar diperoleh tiga gaya belajar yaitu auditori, visual, dan kinestetik. Maka guru merancang pembelajaran yang menyelaraskan dengan ketiga gaya belajar sebagai berikut:
- Untuk peserta didik dengan gaya belajar auditor dalam proses pembelajaran guru menjelaskan materi secara lisan atau dengan rekaman yang didengar secara individu misalnya tentang kumpulan bilangan prima maka peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori yang bagus audionya maka mudah memahami materi yang di sampaikan guru dengan cara tersebut.
- Untuk peserta didik dengan gaya belajar visual, Guru menjelaskan materi sekaligus mencatat di papan tulis atau menyajikan gambar-gambar misalnya tentang kumpulan hewan berkaki empat maka peserta didik yang memiliki gaya belajar visual yang bagus secara visual akan lebih mudah memahami materi yang di sampaikan oleh guru dengan melihat di alam sekitar karena hewan berkaki empat bisa temukan dan dilihat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
- Untuk peserta didik kinestetik, Guru menjelaskan materi sekaligus mempraktekan di depan kelas misalnya penjelasan tentang kumpulan peserta didik bertubuh tinggi di dalam kelas maka peserta didik yang miliki gaya belajar kinistetik mudah memahami materi yang disampaikan dengan langsung mempraktekan di depan kelas.
Kebutuhan-kebutuhan belajar tersebut harus mampu terakomodir dalam pembelajaran berdiferensiasi. Guru dapat menggunakan pendekatan sedikitnya pada tiga aspek berikut:
1. Konten
Konten bisa berupa masukan , Informasi apa yang akan disampaikan atau materi apa yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan tetap memperhatikan kebutuhan peserta didik. Konten juga mencakup materi dan entri poin yang disesuaikan dengan tingkatannya. Konten yang bersifat tantangan diberikan kepada peserta didik yang telah memahami materi. Dalam diferensiasi konten guru dan sekolah harus bekerja sama menyediakan daya dukung kepada peserta didik untuk mengakses materi. Guru juga memodifikasi kurikulum dan materi pembelajaran berdasarkan gaya belajar, kesiapan dan minat peserta didik.
2. Proses
Dalam diferensiasi proses berhubungan dengan cara peserta didik berinteraksi dengan konten. Guru harus mampu mengoptimalkan pengalaman setiap peserta didik; memberikan arahan yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing peserta didik, berusaha memvariasikan kemajuan belajar; menyajikan berbagai varian ekspresi; memberikan keleluasaan peserta didik untuk memilih caranya sendiri yang disesuaikan kebutuhan mereka untuk mencapai penguasaan materi dan keterampilan yang sama; guru berusaha untuk menciptakan aktivitas yang selaras dengan modalitas pembelajaran yang disukai peserta didik.
3. Produk
Dalam produk merupakan hasil kreasi peserta didik yang berwujud seperti rekaman, infografis, poster, video presentasi, diagram, karangan, atau tes tulis. Esensi produk yang selalu mempertimbangkan kebutuhan peserta didik setidaknya memuat stimulus untuk memikirkan kembali pengalaman belajar yang telah dilalui, mengembangkan dan memperluas pengetahuan, dan menunjukkan apa yang telah dipelajari peserta didik. Produk pembelajaran memungkinkan guru menilai materi yang telah dikuasai peserta didik dan memberikan materi berikutnya. Dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik seperti gaya belajar juga menentukan hasil belajar seperti apa yang akan ditunjukkan pada guru. Guru berusaha untuk menyediakan berbagai pilihan produk yang merespons beragam profil, minat atau kesiapan belajar  peserta didik.
Â
B. Kaitan Antara Materi Modul 1 dan Modul 2.1Â
Jika kita merujuk terhadap uraian di atas pembelajaran berdiferensiasi memiliki peranan yang sangat penting untuk menumbuhkembangkan peserta didik secara holistic. Cita-cita Ki Hajar Dewantara untuk menciptakan manusia yang memiliki keluasan mental, spiritual, dan intelektual akan tercapai melalui pembelajaran berdiferensiasi. Selain itu, kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif akan sangat mudah diintegrasikan dalam proses pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik.
Nilai-nilai positif yang harus dimiliki seorang guru penggerak seperti Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid akan secara otomatis tumbuh dan terlestarikan dalam diri seorang Guru pada saat membuat perencanaan, pelaksaanan, assessment, dan rencana tindak lanjaut dalam pembelajaran berdiferensiasi. Dibutuhkan pendidik yang terampil dan berkompeten sehingga mampu berkontribusi secara aktif untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid atau pembelajaran yang selalu mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta itu semua terjawab dengan pembelajaran berdifrensiasi.
Kita juga tidak menghilangkan kekuatan yang dimiliki peserta didik dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Berbekal kekuatan yang dimiliki peserta didik kita akan lebih mudah untuk melakukan perubahan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang selalu memperhatikan kebutuhan peserta didik. Secara sadar displin positif akan tumbuh dan terbiasa dilakukan peserta didik karena apa yang mereka lakukan dalam pembelajaran bediferensiasi sudah diselaraskan dengan kebutuhan mereka. Mereka merasa dihargai dan diakui eksistensinya maka mereka otomatis akan melakukan tindakan yang berbudaya positif sebagai bentuk timbal balik dari pembelajaran berdiferensiasi.
Bisa dilihat di Link tautan berikut
https://online.fliphtml5.com/szddr/iuld/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H