Mohon tunggu...
Yudi Susanto
Yudi Susanto Mohon Tunggu... -

Menulis biasa-biasa saja dengan gaya biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuhanku dan Kecintaanku

24 Maret 2013   17:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:18 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal aku mengenalnya seperti aku mengenal Engkau Tuhanku. penuh pencarian, penuh perjuangan. tapi Cerita lama denganMU TUHANKU jelas berbeda dengan ceritaku dan dirinya. tetapi sama-sama penuh liku, sama-sama aku butuhkan namun berbeda cara penerapan. Tuhanku, aku membutuhkan Engkau sampai kapanpun, apalagi di saat hati ini berjelaga, di saat hati ini rapuh. rapuh tidak hanya karena cinta, tapi rapuh dalam semua hal hidup dan menghidupi.

Tuhanku, semangati diriku, walaupun dia tidak menyemangatiku. dia tetap menjadi semangatku walaupun aku olehnya hanyalah seperti air dalam gelas kaca. Tuhanku, jangan pernah meninggalkan diri dari hatiku, karena aku juga tidak ingin menanggalkan pikiranku tentang dia. Tetapi aku menjamin untukMu Tuhanku, hati ini masih besar cintaku Padamu, tidak sebesar cintaku padanya, karena diriMu adalah penyinar hidup matiku, sedangkan dirinya penyinar hidupku.

Tuhanku, jadikan dia menjadi semangatku, semangat yang tak lekang oleh waktu. semangat mencintainya seperti aku MencintaiMu. aku tidak akan pernah berhenti mencintainya seperti aku tidak akan pernah berhenti mencintaiMu.Berikan aku alasan Tuhanku jikalau aku salah mencintainya.

Aku mencintaiMu Tuhanku tanpa alasan, seperti aku dengannya. Aku menggilaimu Tuhanku seperti aku menggilainya. Aku memahamiMu Tuhanku, seperti aku memahaminya. Aku biarkan dia berkreasi dengan maunya, tetapi jangan biarkan aku olehMU berlarut dan terlarut dengan ketidakfanaan ini, karena aku tidak ingin Engkau Lepas Aku Tuhanku.

Saat gundah gulana seperti saat ini, hanya  Engkaulah Tuhanku dan kecintaanku yang menjadi semangatku. Aku rasa pilu jika tiada Engkau dan dirinya. Aku rasa pecah rasanya jikalau Engkau dan dirinya meninggalkanku. Walaupun hati ini sedang kembang kempis, aku tetap menginginkan terlayar kabar di angin selayang kepadaMU dan kepadanya.Diantara hembusan rayu merayu, diantara deru pasir ombak menantang, aku ingin Engkau mendengar ratapan hidupku, tidak dengan cintaku padanya. tetapi aku tetap ingini bahwa dirinya cukuplah mengerti, seperti pengertian hujan kepada awan pekat.

Baru kali ini aku memahami, kecintaanku padanya hanyalah seonggok batu, karena kecintaanku tetap lebih besar padaMU Tuhanku, tetapi tidak seperti koran bekas yang tiada berarti.

Baru kali ini aku tahu Tuhanku, cintaku padaMU sangatlah berbeda walaupun terlihat sama dengan kecintaanku padanya.
Tetapi tetap dalam hatiku, Engkau Tuhanku dan dia kecintaanku yang perlu aku perjuangkan dengan segalanya hidupku.
Aku rasa aku mencintainya.
Probolinggo, 14 Maret 2013 01.15 AM (Dedicated to my friend that only I knew)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun