Mohon tunggu...
putrapena
putrapena Mohon Tunggu... theacher, penulis lepas, seniman, dai. Wiraswasta -

Hudhud

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopi Hitam

8 September 2012   03:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:46 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barusan kepala saya menangkap sebuah judul yang tiak asing lagi di telinga masyarakat.kopi hitam.kebetulan sy juga sedang ngopi.tiba2 ide itu muncul di kepalaku. Langsung saja ide itu aku tangkap dan mengikatnya dalam sebuah tulisan ini.

Mungkin, setiap pagi hari kebiasaan ngopi di kampungku sudah tdk bisa di hilangkan.boro boro di hilangkan, tdk di beri setok kopi sj kelaprakan minta ampun kebiasaan ini Sudah berpuluh2 tahun kebiasaan ini terus berlangsung dari generasi ke generasi.

Bapaku yang ndatuk sekali dgn kopi, walaupun sdh tua dan suka batuk-batukan masih saja ngopi. Kopinyapun harus kopi yg kental dan hitam legam, kalau kopi warna coklat apalagi agak jomber bapaku suka nguring2 pada yang membuat. Mungkin kebiasaan ini yg akan di wariskan kepadaku,saya sudah mulai nyandu dengan kopi. Kalau tdk hitam sayapun suka uring2an dan menyalahkan yang membuat. Di pagi hari terkadang aku suka melamun dan menyalahkan kopi, "kenapa harus ada kopi? Apa tdk ada yang lain, kopi dan teh juga sama2 wedang kenapa harus kopi?"

kenapa begitu pekat warisan kopi hitam mengalir dalam darahku, mau sampai kapan warisan kopi hitam itu menghilang dlm trah keluarga besar handoyo dwipo, akankah aku ini termasuk yg mewarisi kesekian generasi. Aku harus bisa memenggal sampai buntung warisan kopi hitam, walaupu sampai saat ini aku belum mengetahui ada apa di balik kopi hitam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun