Mohon tunggu...
Achmad Yudi
Achmad Yudi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa aktif menulis naskah digital

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Amikom Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Trip

Merapi dengan Sejuta Misteri

22 Juli 2019   23:45 Diperbarui: 24 Juli 2019   18:22 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dihari yang sangat beruntung dikala itu, saya mendapatkan tawaran dari kawan saya anak mapala uad untuk melakukan pendakian digunung merapi.

Kami start dari jogja berangkat hanya 2 orang, hanya berbekal tas carrier (tas gunung) lalu matras (karpet ajaib yg bisa dijadikan apa saja, alas tidur, sajadah, dll) dan ganti baju serta sleeping bag, memang kita dari awal berencana tidak melakukan camping disana, kami melakukan pendakian terusan yang terkenal dengan sebutan "TEKTOK" sehabis dari atas lalu langsung turun kembali

Waktu itu kami berangkat pada pukul 22:30 dari sleman yogyakarta menuju pos pendakian merapi via selo yang berada dikabupaten boyolali jawa tengah.

Kami menempuh perjalanan selama 2jam untuk mencapai pos pendakian gunung merapi, setelah sampai kita melakukan Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi yang biasa disebut dengan "SIMAKSI" oleh para kalangan pendaki

Karcis kegiatan tracking/mendaki

 gunung sebesar Rp. 5.000, lalu kontribusi asuransi sebesar Rp. 1.000, lalu karcis selanjutnya masuk pengunjung taman nasional gunung merapi sebesar Rp. 7.500.

Setelah kami melakukan perizinan dipos dengan jaminan salah satu ktp kami untuk antisipasi terjadi kecelakaan yang tidak dimungkinkan, serta memberikan nomor teman terdekat kita/orang tua yang aktif.

Perizinan sudah selesai habis itu kami berencana beristirahat dibasecamp merapi tidur sejenak 2jam, jam menunjukan sudah pukul 2 kami bergegas packing kembali untuk melakukan kegiatan olahraga pendakian.

Pada langkah pertama kami dijalan setapak disambut dengan suara burung-burung berkicau, 2 jam setengah sudah kami lewati dan kami berada dipos 2, berhenti sejenak untuk melakukan sholat shubuh dengan beralas jas hujan dan matras.

Langkah kami berlanjut kembali hingga sekarang berada dipos terakhir yaitu "PASAR BUBRAH" yang terkenal dengan mistisnya yang kuat, batas pendakian yang disarankan oleh pihak merapi hanyalah sampai pasar bubrah dan tidak boleh melakukan pendakian ke puncak, sudah terdapat papan larangan banyak di setelah pos pasar bubrah.

Ini lah yang membuat para pendaki hilang entah kemana, mereka sudah melakukan pelanggaran yang sudah diterapkan oleh pihak merapi, namun saya adalah salah satu dari orang itu.

FIkir saya sudah sampai diatas dan sedikit lagi hanya menempuh 1jam pendakian sudah mencapai puncak, kamipun melakukan pendakian sampai ke puncak meskipun sebelumnya sudah membaca papan larangan tersebut, namun rasa penasaran saya mengalahkan itu semua.

Pada pendakian menuju puncak kami mengambil dari jalur kiri, kini jalurnya sudah tidak lagi tanah, bebatuan. Namun sekarang jalurnya berupa pasir yang sangat tebal sehingga saat kita mendaki selalu terperosot, lengkap dengan toping bebatuan yang besar.

Satu jam telah kami lewatin dan sekarang kami berada diatas puncak, namun tidak sesuai ekspetasi, kami hanya melihat kabut yang sangat tebal kawah merepi pun terlihat sangat putih karena tertutup tebalnya kabut.

img20170924100406-01-min-5d383f500d82307e793eb6c2.jpeg
img20170924100406-01-min-5d383f500d82307e793eb6c2.jpeg
Dipuncak kami beristirahat sebentar sembari mengisi tenaga makan roti, sehabis istirahat kami bergegas turun dari sisi kanan karena waktu sudah menunjukan pukul 12:00, kami berjalan turun sambil mengarah kesisi kiri untuk mencari jalur yang pertama kali kita naik.

Entah kenapa, semakin kami ke kiri tidak menemukan jalur yang awalnya kita naik, kami berhenti sejenak dan mengamati jalur karena kabut sudah lumayan terbuka jalur track agak sedikit kelihatan, menurut feeling kami kayaknya masih kurang ke kiri.

Ternyata jalur yang kami cari tidak ketemu, kami berhenti dan menunggu para pendaki lainya, selang 10menit ada 2 pendaki nyamperin kami merekapun menanyakan jalur kepada kami. "Mas disitu ada jalur apa enggak" aku menjawab enggak karena tidak menemukan tanda-tanda jalur atau bekas telapak sepatu atau sandal pendaki.

Kedua pendaki itu tersebut bilang kepada kita "Oh iya mas, kayaknya sebelah sini ada jalur" otomatis kita langsung percaya dan mengikuti kedua pendaki tersebut dari belakang.

Saya berada pas dibelakang kedua pendaki ini dan kawan saya mengikuti saya dari belakang agak jauh, hampir saja kami tertinggal oleh mereka, sudah setengah jam perjalanan lalu saya berhenti untuk menunggu kawan saya yang sudah tertinggal lumayan jauh dibelakang

Lalu pandangan saya balik dikedua pendaki tersebut, tiba" mereka pun sudah hilang seketika, entah karna kabut yg tebal atau mereka yg terburu buru turun, disini saya masih bisa berfikir positif dan menunggu kedatangan kawan saya yg dari belakang, lalu kamipun bertemu. 

Disini kami kehilangan arah lagi, mencuit kode sinyal kepada pendaki lain, hampir 30menit kami memberi sinyal namun tak ada balasan, kamipun terus berusaha, akhirnya ada pendaki dari sebrang kiri yg sangat jauh teriak kepada kami "Mas jalurnya disini, disitu jalur kawah" kamipun kaget.

Dan tanpa pikir panjang kami merangkak jalan dipendaki sebrang sana, setelah sampai, ternyata kawan saya ini merasakan juga hal aneh pada 2 pendaki tersebut.

setelah diingat ingat, mereka menawarkan jalur dengan wajah datar, tanpa senyum. Disini kami mulai curiga bertanya tanya, apakah 2 pendaki tersebut korban hilangnya mereka, dan atau mungkin niat mereka menunjukan jasad mereka yg belum diketemukan oleh timsar, Allahu a'lam 

SEKIAN DARI CERITA SAYA

Kesimpulanya jangan pernah melanggar peraturan dan harus bisa membunuh rasa ego, karena sejatinya puncak hanyalah bonus. Tujuan kita sebenarnya adalah kembali kerumah.

"Pengetahuan dan pengalaman yang membuat hidupku lebih berwarna"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun