Mohon tunggu...
yudi biantoro
yudi biantoro Mohon Tunggu... Guru - Guru BK

Penyuka kata-kata, pengejar diksi bermakna...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bukan Menumpuk Kata-kata

10 Agustus 2019   13:11 Diperbarui: 10 Agustus 2019   15:35 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak sedang menumpuk kata-kata, aku sedang mengatakan padamu kata demi kata, tentang serpihan rasa-rasa yang pelan-pelan diarsir dari bongkahan besar yang tiap hari menghimpit dada. 

Lihat wajahku yang memerah kala memadu mata denganmu. Wajahku yang serta merta menunduk, disusul badanku yang pelan tapi pasti, beranjak menjauh darimu. Aku bukan takut denganmu, tapi hanya khawatir bongkahan besar rasa didadaku akan nampak di matamu, meski sekedar bayangnya saja, aku sudah malu. 

Gigiku  terjerat lidahku yang kaku. Mulutku terkatup, meski isi kepala ku berontak, berlarian, berkejar-kejaran mengeja aksara, merangkai kata-kata, dan memaparkan ratusan kalimat cinta yang abadi eloknya. Tapi tetap sepi dalam suara. Semua hanya bertalu dalam ramai yang senyap. 

Kata mereka, ini derita. Menyungging cinta, dalam kesendirian, satu arah tatapan mata. Bagiku, aku menikmatinya, meski hanya terasa oleh ragaku saja. Meski kamu selalu berlalu, 1 detik, tanpa sedikitpun rasa yang menyebrang ke mataku. Tak mengapa, tak terfikir juga kamu ikut merasa, tak mungkin juga. 

Adanya kamu, sudah memberi ramai di kepalaku, memberi bongkahan rasa yang menghimpit didadaku. Tanpamu, mereka tiada. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun