Mohon tunggu...
yudi biantoro
yudi biantoro Mohon Tunggu... Guru - Guru BK

Penyuka kata-kata, pengejar diksi bermakna...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Minat Baca di Pesisir Utara Jawa "Pecah"

30 April 2019   19:37 Diperbarui: 3 Mei 2019   16:51 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Daratan adalah rumah kita
dan lautan adalah kebebasan
langit telah bersatu dengan samudra
dalam jiwa dan dalam warna

WS. Rendra "Lautan". 

Tidak sedikit diksi para penyair yang menyebutkan laut, ombak, nyiur dan mentari tenggelam di pinggir pantai. Banyak yang menyendiri untuk mencari konklusi dan inspirasi di pinggir pinggir laut, kemudian menuliskannya menjadi karya tulis yang indah.

Beragam catatan tentang bahari yang diambil saat para pelancong bertempur dengan deburan ombak lewat kapal kapal yang menderu menuju lautan. Inilah literasi yang selalu bersinggungan dengan lautan. Tak ada yang menyangkalnya, laut dan pesisirnya  adalah inspirasi keindahan dan kata kata. 

Lain laut, lain lagi masyarakat pesisir. Kecenderungan masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan berpenghasilan rendah berdampak pada rendahnya pendidikan yang ditempuh. Kesadaran akan pendidikan sangat minim, berdampak pada perhatian orangtua pada proses pendidikan anak-anaknya. Ini menjadi derita yang berdampak pada aspek kesadaran pendidikan di masyarakat. 

Pembiaran anak usia sekolah diam dirumah, tidak berangkat sekolah apalagi untuk belajar membuat anak malas dan motivasi belajarnya rendah. Ditambah pemikiran prakmatis dan pesimis tentang kehidupannya membuat anak anak sekolah bertindak sekedarnya dalam menempuh sekolah, meski tanpa biaya. Pemandangan yang berkebalikan dengan laut yang dihadapannya. 

Meratapi atau melangkah? 

Mendorong perubahan masyarakat untuk lebih peduli dengan pendidikan tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin. Tiap manusia selalu mempunyau potensi, tanpa kecuali. Hanya membutuhkan perhatian, kesempatan dan dukungan. 

Kehidupan dimulai setelah membaca. Kenapa membaca?  Karena pembiasaan membaca memudahkan dalam membuka cakrawala dunia. Ilmu, budi pekerti, budaya dan teknologi mudah tergambar melalui membaca. Saat anak mulai membaca, dimulailah petualangannya dengan dunia. Keingintauan dan rasa penasaran akan banyak hal diharapkan memberi motivasi untuk maju. Banyak wawasan akan memberikan optimisme. 

Hari ini Selasa 30 April 2019 berkat kerjasama Komunitas GELEMACA, Cirebon Power dan relawan Taman Bacaan Anak (TBA) Bandengan Kabupaten Cirebon mengadakan Wisuda Literasi yang dikemas dalam Festival Literasi Pesisir.   Melalui acara ini masyarakat pesisir utara patut berbangga,  ada 150 anak pesisir yang diwisuda setelah 4 bulan berjibaku menyelesaikan tantangan membaca 1 bulan 1 buku dalam kegiatan Tantangan Baca . 

Tidak hanya membaca namun anak juga harus membuat reviu dari buku yang sudah dibaca. Tiap hari sabtu anak anak ini berkumpul di TBA Bandengan, rutinitasnya adalah mengisi buku jurnal yang berisi reviu dan catatan lainya, dibantu relawan sebagai pendamping. 

Sebagai penyemarak dan penguatan konten edukasi Tim dari komunitas gelemaca memberikan materi tematik berkarakter yang menyenangkan baik berupa mendongeng, permainan dan workshop. Acara sabtu tidak pernah sepi, ramai dan selalu "pecah" dengan keceriaan. 

Festival literasi pesisir merupakan kegiatan penutup dari rangkaian tantangan baca. Kegitan ini berisi lomba lomba untuk anak yang tujuannya sebagai wadah pengembangan potensi mereka. Lomba pildacil, cipta puisi, baca puisi, bercerita dan mewarnai merupakan jenis lomba yang laksanakan. Yang tak kalah menarik adalah pameran hasil karya anak anak pesisir, dari mulai tong sampah yang dilukis hingga kapal literasi. 

Langkah kecil berdampak besar adalah pemikiran optimis yang selalu dipegang untuk membuat perbedaan. Dari 150 anak diharapkan menjadi awal penyadaran 150 keluarganya, menjadi sorotan memasyarakatnya. Masyarakat pesisir pecinta baca bukan lagi utopia.  Bukan lagi penyair, novelis, peneliti dan lainnya, tapi laut dimimpikan menjadi objek literasi masyarakat pesisirnya. Yang empunya harus mampu memanfaatkan potensinya, bukan lagi penonton apalagi penderita tanahnya sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun