Mohon tunggu...
Yudi Berliansyah
Yudi Berliansyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa S1

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 di perguruan tinggi di Indonesia. Menulis untuk berbagi pengalaman hidup dan memenuhi penugasan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apakah Kalian Tahu Mengenai Ekologi Media?

16 November 2024   00:28 Diperbarui: 16 November 2024   01:12 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi digital telah mengubah cara manusia berinteraksi, bekerja, dan bahkan berpikir. Dari perspektif ekologi media, perubahan ini bukan sekadar transisi teknologi, tetapi merupakan transformasi mendalam dalam lingkungan informasi dan budaya masyarakat. 

Ekologi media, sebuah teori yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Marshall McLuhan dan Neil Postman, melihat teknologi media bukan hanya sebagai alat, tetapi sebagai ekosistem yang membentuk perilaku, persepsi, dan nilai-nilai masyarakat. 

Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana perspektif ekologi media dapat membantu pembaca dalam memahami dampak era digital terhadap kehidupan sosial dan budaya, serta tantangan yang dihadapinya.

1. Media sebagai Ekosistem: Teori Dasar Ekologi Media

Ekologi media memandang media sebagai ekosistem yang hidup dan berkembang. Menurut Marshall McLuhan dalam bukunya Understanding Media (1964), "the medium is the message." Dalam pandangan ini, media bukan sekadar saluran untuk menyampaikan pesan, tetapi juga memiliki pengaruh besar terhadap cara kita memahami dunia. McLuhan berpendapat bahwa setiap teknologi baru mengubah cara berpikir dan bertindak masyarakat.


Teori ini diperluas oleh Neil Postman, yang dalam bukunya Amusing Ourselves to Death (1985) menyatakan bahwa media yang dominan dalam suatu budaya menentukan cara berpikir masyarakat. Misalnya, masyarakat yang lebih sering terpapar media visual, seperti televisi dan media sosial, akan cenderung lebih menyukai konten yang bersifat visual dan hiburan, dibandingkan konten yang menuntut pemikiran kritis seperti tulisan atau diskusi yang mendalam.

2. Era Digital: Dari Informasi ke Distorsi

Salah satu perubahan besar dalam ekosistem media modern adalah hadirnya internet dan media sosial. Dalam perspektif ekologi media, internet telah menciptakan "lingkungan informasi" baru yang sangat berbeda dari media cetak atau televisi. Media sosial, misalnya, memiliki kecepatan dan jangkauan yang jauh lebih luas, tetapi sering kali mengorbankan akurasi demi sensasi dan kepentingan viralitas.


Hal ini menimbulkan fenomena yang disebut "filter bubble" dan "echo chamber," di mana pengguna media sosial hanya terpapar pada informasi yang sesuai dengan pandangan mereka. Fenomena ini didiskusikan oleh Eli Pariser dalam bukunya The Filter Bubble (2011), di mana ia menjelaskan bahwa algoritma media sosial cenderung menampilkan konten yang sesuai dengan minat pengguna, sehingga membatasi paparan terhadap pandangan yang berbeda. 

Akibatnya, masyarakat semakin terpolarisasi, dan ini menciptakan tantangan serius dalam kehidupan sosial dan politik.

3. Pengaruh Media Digital terhadap Kesehatan Mental dan Sosial

Ekologi media juga memberikan wawasan tentang dampak media digital terhadap kesehatan mental. Penelitian oleh Twenge et al. (2017) menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang intensif berkaitan dengan peningkatan gejala depresi dan kecemasan, terutama di kalangan remaja. 

Dalam ekosistem media yang penuh dengan tekanan untuk tampil sempurna dan berprestasi, individu cenderung merasa terisolasi dan mengalami ketidakpuasan terhadap diri sendiri.


Lebih lanjut, konsep "attention economy" atau ekonomi perhatian menunjukkan bagaimana perusahaan teknologi merancang media untuk menarik perhatian pengguna selama mungkin, tanpa memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan mental.

 Ekologi media melihat hal ini sebagai degradasi kualitas lingkungan media, di mana masyarakat lebih fokus pada hiburan daripada memperkaya pengetahuan.

4. Solusi dari Perspektif Ekologi Media

Dalam menghadapi tantangan ini, ekologi media menawarkan beberapa solusi. Pertama, perlu adanya edukasi literasi media yang lebih baik untuk membantu masyarakat memahami bagaimana media bekerja dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.

 Literasi media mengajarkan keterampilan untuk mengidentifikasi berita palsu, mengelola waktu penggunaan media sosial, dan menghindari ketergantungan.


Kedua, penting untuk menciptakan platform media yang mendukung dialog dan keterbukaan terhadap pandangan yang beragam. Jika ekosistem media tidak berubah, risiko terhadap kesehatan mental, polarisasi politik, dan penyebaran disinformasi akan semakin besar.


Dari perspektif ekologi media, era digital membawa dampak besar terhadap kehidupan sosial, budaya, dan bahkan kesehatan mental masyarakat. Media digital, dengan segala keuntungan dan kekurangannya, menciptakan lingkungan informasi yang kompleks dan penuh tantangan. Dengan memahami media sebagai ekosistem, kita dapat lebih bijak
dalam menghadapi dampak era digital, sehingga teknologi tidak hanya menjadi alat hiburan, tetapi juga memperkaya kualitas hidup kita.

Sumber:

McLuhan, M. (1964). Understanding Media: The Extensions of Man. New York: McGraw-Hill.
Postman, N. (1985). Amusing Ourselves to Death: Public Discourse in the Age of Show Business. New York: Penguin Books.
Pariser, E. (2011). The Filter Bubble: What the Internet Is Hiding from You. Penguin Books.
Twenge, J. M., et al. (2017). "Associations Between Screen Time and Lower Psychological Well-being Among Children and Adolescents: Evidence From a Population-based Study."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun