Jika kita menyebut nama Bangkok, pastilah banyak hal yang dapat kita uraikan tentang ibukota Thailand ini. Namun yang pasti, setelah merasakan sendiri jalan-jalan di Bangkok, penulis dapat mengungkapkan bahwa kota ini sungguh menawan. Kota metropolitan namun masih memiliki nilai budaya yang tinggi serta merakyat. Pedagang kaki lima yang menjual makanan, souvenir serta kerajinan tangan terjalin dengan sarana transportasi dan tempat wisata yang ada menjadi satu kesatuan yang apik, ramah dan bersih sehingga mampu menciptakan kesan tersendiri bagi wisatawan.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 3,5 jam dari Bandara Soekarno-Hatta sampailah saya di Bandara Don Muang, Bangkok. Bandara lama ini masih terlihat bersih dan nyaman bagi turis. Pelayanan imigrasinya pun cepat. Ketika keluar bandara tidak ada calo yang menarik-narik penumpang seperti bandara di Indonesia. Para penumpang yang akan menggunakan taksi juga antri dengan tertib. Taksi yang saya tumpangi menawarkan harga borongan untuk menuju penginapan kami. Setelah negoisasi kami sepakat harga 450 Bath termasuk biaya tol. Agak mahal tapi tidak apa-apa. Toh kami bertiga jadi masih bisa dihitung murah.
[caption id="attachment_321007" align="alignleft" width="300" caption="Jalanan Kota Bangkok"]
Jalanan kota Bangkok cukup padat. Macet namun pengendaranya masih tertib. Jarang sekali bunyi klakson terdengar layaknya di Indonesia. Suasana kotanya mirip Jakarta namun lebih bersih dan tertib. Untuk urusan ngebut, sopir taksi disini tidak kalah dengan sopir taksi di Indonesia. Namun mereka taat rambu lalu lintas dan traffic light serta jarang sekali membunyikan klakson !!
Tibalah kami Lemonseed Hotel. Hotel yang lebih mirip guest house ini mendapat penghargaan Tripadvisor tahun 2012, 2013 dan 2014 sebagai hotel murah dengan pelayanan terbaik. Lokasinya yang berada di pusat kota, kamar yang luas dan bersih, internet wi-fi yang kencang serta mendapat sarapan menjadi keunggulan tempat ini. Menurut saya, kekurangannya hanya satu yaitu pintu liftnya terlalu cepat menutup. Tak terhitung berapa kali kami hampir kejepit pintu lift. Lemonseed Hotel ini terletak di Petchaburi Road yang sangat dekat dengan Platinum Mall, Kedutaan Besar Republik Indonesia, dan mall-mall lainnya. Untuk menuju kompleks Mall Siam Paragon yang terintegrasi dengan BTS (skytrain) juga tidak terlalu jauh. Bisa ditempuh dengan jalan kaki atau naik tuk-tuk. Namun pastikan anda penawar yang hebat jika ingin naik tuk-tuk karena tarif tuk-tuk terkenal mahal bagi wisatawan. Untuk melihat foto kamar dan informasi hotel ini bisa klik disini.
[caption id="attachment_321017" align="aligncenter" width="588" caption="Mencoba Tuk-Tuk Bangkok"]
Setelah check-in dan beristirahat sebentar tujuan kami yang pertama adalah Platinum Fashion Mall karena jaraknya yang dekat. Mall khusus fashion ini mirip dengan ITC di Jakarta namun lebih bersih dan teratur. Tidak ada display barang yang terlalu menjorok keluar. Barang-barang yang dijual pun jauh lebih bagus dan unik-unik serta MURAH !!! Kenapa murah? Karena kurs 1 Rupiah hanya sekitar 370 Bath. Barang yang dijual pun masih bisa ditawar. Mall ini terbagi dalam beberapa lantai yang tiap lantainya memiliki segmentasi barang yang berbeda-beda. Jadi jika anda ingin mencari pakaian wanita, pria atau anak-anak tinggal melihat display informasi yang ada di setiap lantai dekat escalator atau lift.
ATM bank lokal juga banyak ditemukan disini. Jadi jika anda tidak membawa Bath dalam jumlah banyak cara paling praktis adalah mengambil uang di ATM yang memiliki logo Mastercard atau Visa yang sesuai dengan logo di ATM anda yang berasal dari bank di Indonesia. Kursnya pun bisa dibilang murah. Penulis menarik 5000 Bath plus biaya penarikan 180 Bath. 1x penarikan dibatasi maksimal 5000 Bath dalam pecahan 1000 Bath. Ketika sampai di Indonesia saya melihat rincian transaksi tersebut setara dengan Rp 2 juta (termasuk biaya penarikan di ATM Bangkok). Jadi 1 Rupiah setara Rp 400. Untuk perbandingan saya menanyakan kurs Bath di salah satu money changer di Banjarmasin. Hasilnya adalah untuk kurs beli 1 Bath = Rp 350, kurs jual 1 Bath = Rp 450. Jadi lebih murah kurs jual di tarik tunai di ATM daripada di moneychanger !!
Tujuan pertama kami disini adalah foodcourt di lantai paling atas. Disini tersaji berbagi macam jenis masakan khususnya masakan khas Thailand. Makanan khas Thailand yang kami coba adalah tom yam, mango sticky rice & durian sticky rice. Untuk tom yam kami mencoba di salah satu restoran yang ada di foodcourt ini. Kami memesan 2 tom yam dan 1 kwetiaw. Rasanya...hmmm...sungguh lezat. Kuah tom yam asam namun segar dan tidak membuat tersedak karena rasa asam dan pedasnya yang pas. Total kami menghabiskan sekitar 300 Bath di restoran ini.
Selanjutnya kami mencoba mango sticky rice dan durian sticky rice yang ada di tengah-tengah foodcourt. Manggo sticky rice-nya sangat lezat. Ketannya lumer, rasa mangganya pun manis dengan kematangan buah yang pas. Lumeran durian di durian sticky rice juga tidak kalah menggoda. Es nya pun (lupa namanya) juga segar dan enak. Masing-masing kudapan ini seharga sekitar 50 Bath. Jadi makanan dan kudapan kami bertiga total menghabiskan biaya sekitar 450 Bath atau sekitar Rp 180rb !!
[caption id="attachment_321012" align="aligncenter" width="612" caption="Makanan Khas Thailand"]
Setelah kenyang, kami pun mulai berbelanja di mall ini. Mulai dari baju hingga pernak-pernik dan aksesoris ada disini. Harganya juga masih bisa ditawar apalagi jika membeli lebih dari satu buah. Menurut penulis, mall ini sangat cocok jika ingin berbelanja produk fashion karena mall ini memang khusus untuk produk-produk fashion. Namun jika ingin membeli souvenir atau pernak-pernik untuk oleh-oleh lebih cocok di Chaktuchak Weekend Market karena harganya jauh lebih murah 50-70%. Untuk Chaktuchak Weekend Market  akan penulis bahas pada tulisan berikutnya. Untuk informasi lengkap tentang Platinum Fashion Mall dapat dilihat disini.
Setelah capek berbelanja kami pun kembali ke hotel dan beristirahat. Malam harinya kami berjalan-jalan melewati daerah Silom yang merupakan red-district Bangkok. Disini terdapat banyak cafe yang menawarkan gadis dan pria penjaja seks komersial. Tidak salah jika salah satu keunikan wisata Bangkok adalah wisata seks karena disini para PSK dan gigolo tersebut ditawarkan dengan sangat terbuka. Para wanita-wanita PSK tersebut duduk diluar cafe menarik perhatian pengunjung. Sedangkan para mucikarinya pun berkeliaran menawarkan jasa para PSK tersebut namun tidak memaksa atau menarik-narik tangan pengunjung sehingga pengunjung masih bisa berjalan dengan tenang. Jasa yang ditawarkan pun beragam. Ada karaoke, kencan semalam hingga pertunjukan live show dewasa. Untuk hal ini kami sepakat tidak menonton atau mencobanya. Hanya jalan-jalan saja !!
Setelah capek berjalan menikmati "pemandangan yang unik" tersebut kami menikmati makan malam di salah satu restoran seafood. Rasanya sangat enak dan segar meski harganya lebih mahal.
[caption id="attachment_321016" align="aligncenter" width="560" caption="Seafood dinner"]
-- bersambung --
Sumber :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H