Mohon tunggu...
yudi febrianto
yudi febrianto Mohon Tunggu... -

Saya Orang Awam, minim Pengetahuan, sedang mencari makna kehidupan....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pilkada = Pesta Perebutan Takhta

13 Mei 2010   08:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:14 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

" Darimana kamu, kayaknya senang sekali" terdengar suara orang menegur saya dari samping. Ternyata yang menegur saya tadi Nyai Puji, rupanya beliau baru pulang dari mencari kayu bakar di hutan. Nyai Puji adalah seorang Janda, umurnya sekitar 70 tahun lebih. Beliau hanya tinggal sendiri di rumahnya yang berukuran mungil dan berdinding bambu. Konon, saat suaminya meninggal dulu, mereka belum sempat di karuniai anak. Kata Bapak saya, Suaminya meninggal karena Sakit, tidak punya uang untuk berobat, warga di kampung kamipun tidak dapat membantu banyak, kehidupan warga disini tidak jauh beda dengan kondisi Nyai Puji dan suami. Mayoritas mata pencariannya adalah buruh dan petani tradisional (Untuk jadi petani modern, harus butuh modal) yang hasilnya hanya bisa (dengan agak sedikit dipaksakan terpenuhi)  untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. karena tidak mendapatkan perawatan yang maksimal, sakitnyapun semakin parah dan akhirnya beliaupun meninggal  dunia. Setelah suaminya meninggal, Nyai Puji hanya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dari hasil mengumpulkan kayu bakar di hutan. Untuk bekerja menjadi buruh, beliau sudah tidak kuat lagi. Itulah sekilas gambaran tentang Nyai Puji, Janda tua mandiri di Kampung kami.

"Dari kumpulan di mesjid Nyai" Jawabku" Nyanyi kok gak ikut? " Tanyaku.

" Memangnya ada kumpulan apa?" Nyai Puji malah balik nanya.

" Tadi ada calon Bupati dateng, Tahu tidak Nyai? Orangnya pinter lo nyai, tadi beliau bilang bahwa jika beliau jadi bupati maka beliau akan membuat kehidupan kita sejahtera di masa yang akan datang. tadi juga kami di kasih duit 50 ribu per orang. Coba Nyai tadi ikut." jawabku.

" Sejahtera apa? kapan? Paling2 nanti juga sudah lupa sama omongannya sendiri. Kalau bukan karena mau nyalon bupati, mana mau dia datang ke kampung kita ini, karena ada maunya saja. Begitu juga nanti kalau sudah jadi Bupati, mana inget dia sama kampung kita". Jawab Nyai Puji sembari tersenyum pahit, sepahit kehidupan yang di jalaninya selama ini.

" Tapi dia itu orang pinter lo Nyai, Masak dia bohong?" Belaku, merasa tidak enak karena sudah dapat amplop.

" Iyo Pinter! Pinter ngeminterin orang-orang bodoh kayak kita ini". Sentak Nyai Puji, sembari masuk ke rumahnya.

Akupun melanjutkan langkah menuju rumahku, aku sedikit bingung mengingat obrolan dengan Nyai  Puji. Apa iya, Beliau yang ramah dan tampak pinter tadi itu cuma mau minterin kami saja? seperti kata nyai Puji tadi?. Masak sih? sudahlah pikirku, yang penting sudah dapat duit rokok.

Memang akhir-akhir ini, kampung kami cukup semarak, dimanana-mana di pajang foto-foto artis yang konon akan bersaing menjadi Raja kami yang baru. Di warung-warung dan di pos rondapun saya sering mendengarkan para tetangga membicarakan itu. Bahkan konon kabarnya, di kampung sebelah, ada tetangga yang ribut gara-gara saling memaksakan untuk mendukung Calon Raja masing-masing. Di Tivipun saya sering melihat orang pinter yang menyatakan bahwa saat ini di seantero negeri sedang di sibukkan oleh Pesta Rakyat, Pesta Demokrasi katanya. Setiap orang berlomba-lomba mencalonkan diri menjadi Raja-raja baru. Kabarnya syaratnya sederhana, cukup bermodalkan perahu atau sumbangan KTP , kita sudah bisa menjadi salah satu calon raja. Meskipun saya agak sedikit bingung, kabarnya banyak yang tidak kebagian perahu, apa memang diluar sana Kayu sudah pada habis? kenapa mereka tidak kekampungku saja, masih banyak kayu kok disini, bambu juga masih banyak, kalau kayu habis, kan masih bisa buat rakit dari bambu? susah memang memahami pemikiran orang-orang pinter itu. Sudahlah, ribet saya memikirkannya.

Demikian sedikit kisah saya, yang coba saya ramu dengan sedikit tambahan bumbu-bumbu. Mohon ma'af jika bumbunya kurang pas, pokoknya di nikmati sajalah ya....heee

Maklum, sayakan cuma orang biasa yang tidak tahu apa-apa. Jadi! kalau tulisan saya tidak  menarik, tidak sopan, tidak bikin orang pinter, Judulnya aneh, isinya jelek dan sebagainya. Dengan segala kerendahan hati, saya memohon ma'af !!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun