Mohon tunggu...
Yudi Rahmatullah
Yudi Rahmatullah Mohon Tunggu... Freelancer - Travel Writer

Reading for writing, Traveling for sharing

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ada Selebriti Hollywood Terselip di Pantai Suluban Uluwatu?

18 April 2020   18:20 Diperbarui: 18 April 2020   18:11 1290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Suluban Uluwatu di antara dua tebing, dok. pribadi

Seperti yang saya bilang di backpacker story saya sebelumnya bahwa, ketika sampai di Legian, saya melihat ada banyak wisatawan asing yang berlalu-lalang di daerah ini. Saya sebenarnya agak canggung juga karena saya merasa menjadi tamu di negara sendiri.

Sesaat, saya juga merasa aneh sendiri, karena saya seperti tidak sedang berada di negara Indonesia, tidak merasa seperti berada di suatu tempat wisata yang ada di Indonesia.

Ya, mungkin itu hanya perasaan saya saja yang belum terbiasa mengunjungi suatu destinasi wisata yang jumlah wisatawan asing atau bulenya malah lebih banyak terlihat daripada wisatawan domestik dan penduduk lokalnya. Apalagi, kebanyakan orang Bali yang berada di sekitar tempat wisata seringnya menggunakan Bahasa Inggris.

Rasa canggung juga saya rasakan ketika mengunjungi Pantai Suluban Uluwatu. Di mulai dari tempat parkir sampai menuju pantainya, buaaanyak sekali bule-bulenya.

Pantai ini memang salah satu pantai favorit bagi para wisatawan asing, khususnya bagi para surfers atau peselancar ombak profesional. Pantai ini menjadi surfing point karena memiliki ombak yang bagus untuk bermain  surfing atau selancar ombak dan ombaknya tersedia sepanjang tahun. Tapi, pantai ini memiliki karang laut di pesisir pantainya. Tidak aman bagi kamu yang sedang belajar selancar ombak.

Jadi, seperti yang saya bilang tadi bahwa kebanyakan yang bermain selancar ombak di sini adalah peselancar ombak yang sudah benar-benar sudah jago. Untuk orang yang baru belajar, sangat-sangat berbahaya.

Bukan hanya menjadi surfing point saja, tapi pantai ini memiliki pemandangan yang benar-benar cantik dan eksotis. Lokasinya berada di antara dua tebing yang sangat curam. Untuk mempermudah wisatawan turun ke bawah, ada tangga-tangga yang disediakan untuk kita berjalan.

Lutan Lepas di Suluban Uluwatu | Dokpri
Lutan Lepas di Suluban Uluwatu | Dokpri
Saya memang datang bukan untuk berselancar. Tapi, tetap seru, karena di sini ada deretan kafe dan restoran yang berada di sisi-sisi tebingnya untuk saya nongkrong. Menikmati makan dan minum sambil melihat pemandangan lautan lepas dan menunggu sunset-nya.

Kembali ke topik awal, jadi di pantai ini banyak bule-nya. Bule-bule perempuannya dengan entengnya memakai swimsuit atau baju dan celana super pendek. Prianya, banyak yang hanya memakai surfer shorts dan bertelanjang dada atau hanya memakai kaos oblong saja. Ya, hal itu oke-oke saja. Karena memang itu budaya mereka dan pakaian itu memang dipakai di tempat yang sesuai. 

Oh ya. Penting-gak penting. Tapi, dengan mengunjungi pantai ini, saya jadi bisa membedakan bule mana yang kira-kira sudah lama berada di Bali dan bule mana yang mungkin baru datang sehari dua hari.

Bule yang mungkin baru menginjakkan kaki di Bali seperti saya, terlihat kulitnya masih putih kemerahan. Tangan mereka tidak jauh dari memegang kamera dan handphone. Cekrak cekrek sana sini dan berselfie ria seperti besoknya mereka akan kembali pulang ke negaranya. Sama seperti saya, yang cuma beberapa hari di Bali, jadi harus mengumpulkan banyak stok foto untuk nantinya diunggah di media sosial saya dan untuk dijadikan materi menulis blog.

Berbeda dengan bule yang menjadikan pantai Suluban Uluwatu sebagai tempat mainnya. Mereka enjoy saja bermain selancar ombak dan berjemur. Makanya kebanyakan dari mereka kulitnya terlihat lebih coklat kemerahan, lebih tanning.

Kok bisa ya saya memerhatikan warna kulit dan gerak gerik mereka? Hhe.. ya karena itu tadi, saya merasa canggung untuk  melakukan ini itu di pantai, jadi harus melihat sekeliling dulu. Apakah kalau mengambil foto pantai si bule itu tidak akan merasa terganggu. Atau, kalau saya duduk-duduk di pasir pantai apakah tidak akan mengganggu yang sedang berjemur. Di resto tempat saya makan juga, banyak bule yang keluar masuk, jadi penglihatan saya otomatis terhalang dengan gerak-gerik mereka.

Pantai Suluban Uluwatu di antara dua tebing, dok. pribadi
Pantai Suluban Uluwatu di antara dua tebing, dok. pribadi
Sayangnya, saya tidak melihat wajah-wajah si bule-bule tersebut secara detail. Ya, memang tidak sopan menatap mereka lama-lama. Apalagi yang berpakaian tidak lengkap. Tapi, pas sampai di hotel dan melihat foto-foto yang saya ambil di pantai, kok saya merasa sedikit familiar degan beberapa bule yang berseliweran di sana dan masuk ke foto saya.

Saya merasa tidak asing dengan wajah-wajah mereka. Mungkin karena saya jarang melihat Infotainment sebelumnya. Tapi, selalu diberitakan ternyata banyak artis dunia dan selebriti Hollywood yang sering datang ke Bali. Ditambah, para Youtuber dan content creators juga sering menjadikan pantai-pantai di Bali sebagai content-nya. Malah saya suka dan sering sekali melihat banyak video dan foto dari mereka-mereka ini. Banyak dari mereka yang menjadi idola saya.

Makanya, kalau saja saya melihat wajah-wajah bule-bule lebih lama. Bisa saja mereka adalah salah satu idola saya. Lumayan kan bisa berfoto, minta tanda tangan, atau masuk ke dalam video dan foto mereka. Hehe.. Jadi, traveling ke bali, bukan hanya melihat keindahan dan budayanya saja, tapi saya juga bisa melihat langsung wajah-wajah dari selebriti Hollywood atau content creators lainnya.

Note:

  1. Pengalaman traveling ke bali ini, sebelum adanya pandemi Virus Corona.
  2. Nongkrong berlama-lama di Pantai Suluban Uluwatu, tapi lebih baik memilih waktu kedatangan berdasarkan kebutuhan. Siang hari untuk surfing, sore hari untuk melihat sunset seeing, atau di pagi hari agar foto-foto bisa lebih cerah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun